Senin, 17 Oktober 2011

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW DAN KEHIDUPANNYA SEBELUM PENGANGKATANNYA MENJADI RASUL


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sebagai seorang muslim hendaknya mengetahui  sejarah Nabi Muhammad SAW baik ketika beliau  dalam proses kelahiran, masa kanak-kanak, masa remaja serta kehidupannya sebelum mendapatkan mukzijat. Hal seperti itu merupakansejarah penting yang perlu di ketahui oleh umat muslim, karena banyak manfaat yang bisa di ambil dari kehidupan nabi Muhammad SAW baik dari keteladanan beliau ataupun perjuangan beliau dalam mempertahankan agama Islam. Agama islam yang di yakini oleh banyak umat sekarang ini tidak luput dari  perjuangan Rasulullah dan sahabat Nabi.
Di zaman ilmu pengetahuan modern ini mayoritas umat muslim meremehkan tentang sejarah Nabi Muhammad. Padahal sejarah itu merupakan bagian penting dari perjalanan sebuah umat, bangsa, negara maupun individu. Oleh karena itu kami mengingatkan kembali akan sejarah dan perjalanan Nabi untuk selalu kita contoh dan kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Telah kita ketahui bersama bahwa umat islam pada saat sekarang ini lebih banyak mengenal figur-figur yang sebenarnya tidak pantas untuk di contoh dan ironisnya mereka sama sekali buta akan sejarah dan pri kehidupan Rasulullah SAW. Oleh karena itu kami mencoba untuk membuka, memaparkan tentang kehidupan nabi Muhammad SAW, dan mudah-mudahan dengan adanya makalah ini menambah rasa kecintaan kita pada Nabi Muhammad SAW.
1.2  Rumusan masalah
1.      Bagaimana proses kelahiran Nabi Muhammad SAW?
2.      Bagaimana masa kanak-kanak dan remajanya serta kejadian-kejadian yang terjadi pada masa itu?
3.      Bagaimana masa dewasa dan pandangan kaum Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW?
4.      Bagaimana kehidupan Nabi Muhammad SAW sebelum mendapat mukzijat terbesarnya?
1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
a.       Mengetahui proses kelahiran Nabi Muhammad SAW
b.      Mengetahui kehidupan Nabi Muhammad mulai kanak-kanak sampai dewasa
c.       Meneladani sikap dan sifat Nabi Muhammad dalam menghadapi kaum Quraisy
d.      Mengetahui kehidupan Nabi Muhammad sebelum mendapat mukzijat terbesar













MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM
KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW DAN KEHIDUPANNYA SEBELUM PENGANGKATANNYA MENJADI RASUL



Dosen Pembimbing :
Teguh Setiabudi, M. H.


Disusun Oleh Kelompok 1:
1.      Khusnul kholifah  (08620013)
2.      Khoirul imami       (08620030)

UIN MALANG.png



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2010

BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Proses Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah Nabi pembawa risalah Islam, rasul terakhir penutup rangkaian nabi-nabi dan rasul-rasul Allah SWT di muka bumi.Ia adalah salah seorang dari yang tertinggi di antara 5 rasul yang termasuk dalam golongan Ulul Azmi atau mereka yang mempunyai keteguhan hati (QS. AL AHQAAF : 35).
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari.(Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.
Keempat rasul lainnya dalam Ulul Azmi tsb ialah Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS, dan Nuh AS (Abu Bakar Siraj al-Din, 2007).
“Muhammad” dalam bahasa Arab berarti “dia yang terpuji”.Muslim mempercayai bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad adalah penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar Rasulullah dan menambahkan kalimat “Sallallaahu Alayhi Wasallam” yang berarti “semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya” sering disingkat “S.A.W” atau “SAW” setelah namanya. Selain itu Al-Qur’an dalam Surah As-Saff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama “Ahmad”, yang dalam bahasa Arab juga berarti “terpuji” (Abu Bakar Siraj al-Din, 2007).
As-Saff (QS 61:6)
Dan (ingatlah) ketikaIsa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah yang paling mulia dalam suku Quraisy yang mendominasi masyarakat Arab.Ayahnya bernama Abdullah Muttalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya.Ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah.Baik dari garis ayah maupun garis ibu, silsilah Nabi Muhammad SAW sampai kepada Nabi Ibrahim ASdan Nabi Ismail AS.Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal dengan nama Tahun Gajah, karena pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu datangnya pasukan gajah menyerbu Mekkah dengan tujuan menghancurkan Ka’bah. Pasukan itu dipimpin oleh Abrahah, gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Abrahah ingin mengambil alih kota Mekkah dan Ka’bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Ini sejalan dengan keinginan Kaisar Negus dari Ethiopia untuk menguasai seluruh tanah Arab, yang bersama-sama dengan Kaisar Byzantium menghadapi musuh dari timur, yaitu Persia (Irak) (Djabbar, ).Dalam penyerangan Ka’bah itu, tentara Abrahah hancur karena terserang penyakit yang mematikan yang dibawa oleh burung Ababil yang melempari tentara gajah.Abrahah sendiri lari kembali ke Yaman dan tak lama kemudian meninggal dunia. Peristiwa ini dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Al-Fil: 1-5 (Abu Bakar Siraj al-Din, 2007).

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untukmenghancurkan Kakbah) itu sia-sia?Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
Ketika Nabi Muhammad masih dalam kandungan ibunya, Abdullah, Ayah dari Nabi Muhammad SAW meninggal dalam perjalanan dagang ke Yastrib. Ayahnya meninggalkan harta warisan berupa lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi Muhammad setelah Nabi lahir.Beberapa Bulan kemudian, Aminah yang ditinggal meninggal suaminya pada saat mengandung akhirnya melahirkan bayinya, yang diberi nama Muhammad. Nabi Muhammad lahir pada malam menjelang dini hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, bertepatan dengan 20 April 570 M.Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya, Abdul Muttalib.Nama itu sedikit ganjil di kalangan orang-orang Quraisy, karenanya mereka berkata kepada Abdul Muttalib, “Sungguh di luar kebiasaan, keluarga Tuan begitu besar, tetapi tak satu pun yang bernama demikian.”Abdul Muttalib menjawab, “Saya mengerti. Dia memang berbeda dari yang lain. Dengam nama ini saya ingin agar seluruh dunia memujinya”(Abu Bakar Siraj al-Din, 2007).
Adalah suatu kebiasaan di Mekkah, anak yang baru lahir diasuh dan disusui oleh wanita desa dengan maksud supaya ia bisa tumbuh dalam pergaulan masyarakat yang baik dan udara yang lebih bersih. Saat Nabi Muhammad lahir, ibu-ibu dari desa Sa’ad datang ke Mekkah menghubungi keluarga-keluarga yang ingin menyusui anaknya. Desa Sa’ad terletak kira-kira 60 km dari Mekkah, dekat kota Ta’if, suatu wilayah pegunungan yang sangat baik udaranya.Di antara ibu-ibu tersebut terdapat seorang wanita bernama Halimah binti Abu Du’aib as Sa’diyah. Keluarga Halimah tergolong miskin, karena itu ia sempat merasa ragu untuk mengasuh Nabi Muhammad karena keluarga Aminah sendiri juga tidak terlalu kaya. Akan tetapi entah mengapa Nabi Muhammad yang masih bayi itu sangat menawan hatinya, sehingga akhirnya Halimah pun mengambil Nabi Muhammad SAW sebagai anak asuhnya.Ternyata kehadiran Nabi Muhammad SAW sangat membawa berkah pada keluarga Halimah. Dikisahkan bahwa kambing peliharaan Haris, suami Halimah, menjadi gemuk-gemuk dan menghasilkan susu lebih banyak dari biasanya. Rumput tempat menggembala kambing itu juga tumbuh subur.Kehidupan keluarga Halimah yang semula suram berubah menjadi bahagia dan penuh kedamaian.Mereka yakin sekali bahwa bayi dari Mekkah yang mereka asuh itulah yang membawa berkah bagi kehidupan mereka (Abu Bakar Siraj al-Din, 2007).
Sejak kecil Muhammad SAW telah memperlihatkan keistimewaan yang sangat luar biasa. Usia 5 bulan Nabi Muhammad sudah pandai berjalan, dan di usia 9 bulan ia sudah bisa berbicara. Pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing. Saat itulah ia berhenti menyusu dan karenanya harus dikembalikan lagi pada ibunya. Dengan berat hati Halimah terpaksa mengembalikan anak asuhnya yang telah membawa berkah itu, sementara Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan segar.Namun tak lama setelah itu Muhammad SAW kembali diasuh oleh Halimah karena terjadi wabah penyakit di kota Mekkah. Dalam masa asuhannya kali ini, baik Halimah maupun anak-anaknya sering menemukan keajaiban di sekitar diri Nabi Muhammad SAW. Anak-anak Halimah sering mendengar suara yang memberi salam kepada Muhammad SAW, “Assalamu ‘Alaika ya Muhammad,” padahal mereka tidak melihat ada orang di situ. Dalam kesempatan lain, Dimrah, anak Halimah, berlari-lari sambil menangis dan mengadukan bahwa ada dua orang bertubuh besar-besar dan berpakaian putih menangkap Nabi Muhammad SAW. Halimah bergegas menyusul Muhammad SAW.Saat ditanyai, Muhammad SAW menjawab, “Ada 2 malaikat turun dari langit. Mereka memberikan salam kepadaku, membaringkanku, membuka bajuku, membelah dadaku, membasuhnya dengan air yang mereka bawa, lalu menutup kembali dadaku tanpa aku merasa sakit”. Halimah sangat gembira melihat keajaiban-keajaiban pada diri Muhammad SAW, namun karena kondisi ekonomi keluarganya yang semakin melemah, ia terpaksa mengembalikan Nabi Muhammad SAW, yang saat itu berusia 4 tahun, kepada ibu kandungnya di Mekkah (Yatim, 1993).
Pada saat Nabi Muhammad berusia 6 tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya.Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit.Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, ‘Abdul al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib (Yatim, 1993).
2.2 Masa Kanak-Kanak Dan Remajanya Serta Kejadian-Kejadian Yang Terjadi Pada Masa   Itu
2.2.1 Masa Kecil Nabi
Nabi disusui ibunya hanya selama tiga hari. Sesudah itu, dua wanita lain mendapat kehormatan menjadi ibu susunya yaitu (Subhani, 1984) :
1.      Suwaibah: wanita budak Abu Lahab. Ia meneteki Nabi selama empat bulan, dan menjadi sasaran pujian Nabi dan istrinya yang saleh, khadijah, sepanjang hidupnya. Setelah diangkat sebagai Nabi, Nabi berniat membelinya. Beliau mengirim seseorang menghadap Abu Lahab untuk mengadakan transaksi, namun Abu Lahab menolak menjualnya, bagaimanapun, Suwaibah menerima bantuan dari Nabi sepanjang hidupnya. Sekembalinya Nabi dari perang Khaibar, berita kematian Suwaibah sampai kepada beliau. Tanda kesedihan terlihat di wajahnya. Beliau mencari putra Suwaibah, dengan maksud memberi bantuan. Tapi beliau diberi tahu bahwa anak Suwaibah sudah meningggal lebih dahulu.
2.      Halimah: putri Abi Zuwaib dari suku Sa’ad bin Hawazan. Ia mempunyai tiga anak: ‘Abdullah, Anisah, dan Syima’. Yang disebut terakhir juga turut mengasuh Nabi.
Sudah menjadi kebiasaan, keluarga bangsawan Arab mempercayakan anak-anaknya kepada wanita penyusu. Biasanya para ibu susu itu tinggal di luar kota, sehingga anak-anak dapat dibesarkan di udara gurun yang segar serta tumbuh kuat dan sehat. Selain itu, di lingkungan gurun, anak-anak juga tak mudah ketularan penyakit seperti di kota Mekkah. Mereka juga dapat belajar bahasa Arab di kawasan yang masih asli ini.Para penyusu suku Bani Sa’ad sangat terkenal di kawasan ini.Mereka mengunjungi Mekkah pada waktu-waktu tertentu, lalu masing-masing membawa pulang seorang bayi (Subhani, 1984).
Empat bulan sesudah kelahiran Nabi, ibu-ibu penyusu Bani Sa’ad mengunjungi Mekkah.Tahun itu mereka sedang mengalami paceklik yang parah, sehingga sangat membutuhkan pertolongan keluarga-keluarga bangsawan.Bayi Quraisy yang baru lahir itu tidak mau mengisap buah dada wanita penyusu wanita manapun.Kebetulan Halimah datang dan anak itu pun menetek padanya.Keluarga ‘Abd al-Muthalib sangat gembira.’Abd al-Muthalib berkata kepada Halimah, “Engkau dari suku mana?”Jawabnya, “Dari suku Bani Sa’ad.”Lalu ‘Abd al-Muthalib menanyakan namanya.‘Abd seraya berkata, “Bagus! Bagus! Dua kebiasaan yang baik dan dua sifat yang patut.Yang satu kebahagian dan kemakmuran, dan yang lainnya kelembutan dan kesabaran (Subhani, 1984).
2.2.2 Masa kanak-kanak Nabi
Sejarah mengatakan bahwa kehidupan Nabi, penuntun mulia kaum Muslim, penuh peristiwa menakjubkan sejak masa awal kanak-kanak hingga kerasulannya.Semuanya mengandung aspek kebesarannya.Keseluruhannya menunjukan bahwa kehidupan Nabi tidaklah biasa.Nabi tinggal selama lima tahun bersama suku Bani Sa’ad dan tumbuh sehat. Selama itu, ada dua atau tiga kali Halimah membawanya menemui ibunya.Kali pertama Halimah membawanya ke ibunya adalah ketika masa menyusuinya selesai.Namun, Halimah mendesak Aminah untuk mengembalikan anaknya kepadanya.Alasannya, anak itu telah menjadi sumber karunia dan rahmat baginya.Alasan ibunya mengabulkan permintaan Halimah adalah lantaran kolera sedang melanda Mekkah waktu itu (Subhani, 1984).
Kali kedua Halimah membawa Muhammad ke Mekkah bertepatan dengan datangnya sekelompok pendeta dari Etiopia di Hijaz.Mereka melihat anak itu di kalangan suku Bani Sa’ad. Mereka mendapatkan bahwa semua tanda Nabi yang akan datang sesudah Nabi ‘Isa, sebagaimana itu, mereka memutuskan untuk menguasai anak itu bagaimanapun caranya, dan akan membawanya ke Etiopia, supaya negeri itu beroleh kehormatan mempunyai Nabi itu.Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, tanda-tanda Nabi Muhammad telah diceritakan dalam injil.Karena itu, sangatlah wajar bila para pendeta waktu itu dapat mengenali orang yang tanda-tandanya lengkap. Al-Qur’an mengatakan dalam kaitan ini, Dan ingatlah ketika ‘Isa Putra Maryam berkata, “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab [yang turun] sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan [akan datangnya] seoarng rasul sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Tapi tatkala rasul itu datang kepada dengan bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata”(Subhani, 1984).
2.2.3 Masa Remaja
Para pemimpin masyarakat harus tabah dan sabar, tegar dan kuat, gagah berani, dan memiliki jiwa besar. Bagaimana mungkin orang penakut dan berhati kecil, lemah dan pengecut, lamban dan malas, akan memimpin masyarakat melalui jalan-jalan yang sulit? Mungkinkah ia mengambil sikap di hadapan musuh dan melindungi entitas dan kepribadiannya dari serangan orang banyak?.Kebesaran dan keagungan jiwa, kekuatan jasmani dan rohani, serta kecakapan pemimpin berdampak besar pada pengikutnya. Ketika Amirul Mukminin ‘Ali memilih salah satu sahabatnya yang tulus untuk menjadi Gubernur Mesir, ia menyurat kepada rakyat Mesir yang menderita, yang selama ini ditindas oleh tirani pemerintah yang berkuasa di negeri itu. Dalam suratnya, ia memuji gubernurnya yang baru itu karena keberanian dan kesucian rohaninya. Kami sesungguhnya, “Telah saya kirim kepada Anda sekalian seorang hamba Allah, yang tidak tidur di hari-hari yang mencemaskan dan tidak bersikap pengecut ketika menghadapi musuh dalam situasi darurat. Bagi penjahat, ia lebih ganas dari nyala api. Dialah Malik bin Harits dari Suku Mazhaj. Dengarlah kata-katanya dan kerjakan perintahnya, karena dia salah satu pedang Allah yang tidak akan tumpul, dan tebasannya tidak meleset” (Djabbar, 1992).
Selama masa remaja dan dewasanya, tanda-tanda kekuatan, keberanian, ketegaran, dan keperkasaannya terlihat di dahi putra Quraisy yang istimewa ini.Ketika berusia 15 tahun, beliau ikut serta dalam perang Fujjar.Tugasnya menangkis panah yang diarahkan kepada paman-pamannya. Dalam Sirah-nya, Ibn Hisyam mengutip kalimat Nabi, “Aku menangkis panah yang di arahkan kepada paman-pamanku.”Keikutsertaan dalam perang di usia demikian muda ini menjelaskan keberanian Nabi yang tiada bandingan. Maka, kita pun mengerti mengapa ‘Ali, orang terberani di antara yang paling berani, berkata, “Kapan saja kami (laskar muslim) menghadapi perlawanan sengit di medan pertempuran, kami berlindung pada Rasulullah, sementara tak seorang pun yang lebih dekat dengan musuh ketimbang beliau sendiri”(Djabbar, 1992).
Sudah hari itu, kaum Quraisy dan sekutunya sering keluar dari wilayah Haram dan bertempur melawan musuhnya. Nabi juga ikut serta  bersama para pamannya selama beberapa hari, sebagaimana disebutkan di atas. Kejadian ini berlangsung selama empat tahun.Perang berakhir dengan membayar uang darah kepada suku Hawazan yang lebih banyak kehilangan nyawa ketimbang Quraisy (Djabbar, 1992).
Hilf al-Fudhul (Perjanjian Pemuda)
Jauh sebelumnya pernah ada persetujuan yang disebut “perjanjian Fudhul” di kalangan suku Jurhum.Tujuannya untuk melindungi hak-hak yang tertindas. Pihak-pihak yang terkait dengan perjanjian ini, menurut sejarawan terkenal ‘Imad ad-Din Ibn Katsir, adalah Fadhal bin Fadhalah, Fadhal bin Harits, dan Fadhal bin Wida’ah.Belakangan, suatu perjanjian dibuat pula oleh sejumlah orang Quraisy. Karena perjanjian ini sama dengan Hilf al-Fudhul dalam tujuannya (yaitu perlindungan hak-hak orang tertindas), maka perjanjian ini disebut juga Perjanjian Fudhul.Partisipasi Nabi dalam Perjanjian yaitu dua puluh tahun sebelum kerasulan Muhammad, seorang lelaki tiba di Mekkah di bulan Zulkaidah dengan membawa barang. Barang itu lalu dibeli ‘Ash bin Wa’il, tapi ia tidak membayar menurut harga yang sudah disepakati. Lelaki itu melihat beberapa orang Quraisy sedang duduk dekat Ka’bah.Ia lalu mengeluh keras-keras serta membacakan sajak yang menggugah orang yang punya rasa harga diri. Zubair bin ‘Abd al-Muththalib bangkit beserta beberapa orang lainnya. Mereka berkumpul di rumah ‘Abdullah bin Jad’an dan membuat perjanjian serta berikrar secara khidmat untuk memelihara persatuan dan, bila mungkin, menekan penindas untuk memulihkan hak-hak orang tertindas. Ketika upacara selesai, mereka pergi kepada ‘Ash bin Wa’il dan mengambil kembali barang yang dibelinya tanpa membayar itu, lalu mengembalikannya kepada si pemilik.Nabi ikut serta dalam perjanjian yang menjamin kesejahteraan orang tertindas ini.Beliau sendiri telah menyatakan keagungan perjanjian itu.Berikut ini adalah dua dari pernyataan beliau tentang itu (Djabbar, 1992).
“Di rumah ‘Abdullah bin jad’an, saya mengikuti perjanjian itu. Saat ini pun (yaitu sesudah kerasulannya), jika di undang ke perjanjian serupa, saya akan menghadirinya. “Yakni, tetap setia pada perjanjian itu.Ibn Hisyam mengutip bahwa Nabi suka berkata tentang perjanjian tersebut, “saya tidak mau melanggar janji saya itu, sekalipun ditawari hadiah paling berharga.”Perjanjian Fudhul demikian mantapnya sehingga bahkan generasi kemudian merasa terikat padanya. Contohnya, peristiwa yang terjadi di masa Gubernur Walid bin ‘Utbah bin Abu Sufyan, kemenakan Mu’awiyah, yang ditunjuk Mu’awiyah sebagai gubernur Madinah. Pemuka para syuhada, Husain bin ‘Ali, yang tak pernah tunduk pada tirani sepanjang hidupnya, menggugat Gubernur Madinah itu dalam masalah keuangan, yang menuntut pajak terlalu besar. Untuk menghancurkan fondasi kezaliman dan menyadarkan rakyat akan hak mereka untuk mendapatkan perlakuan adil, Husain menghadap Sang Gubernur seraya berkata, “Demi Allah, kapan saja Anda meminta berlebihan, saya akan mencabut pedang, tampil di Masjid Nabi, dan mengundang orang kepada perjanjian yang diikrarkan oleh nenek moyangnya.” Di antara yang hadir, ‘Abdullah bin Zubair bangkit mengulang kalimat yang sama sambil menambahkan, “Kita semua akan bangkit dan mendapatkan hak atau terbunuh di jalan ini. “Seruan Husain perlahan-lahan sampai pada orang-orang berpikiran bersih seperti Masur bin Mukhramah dan ‘Abd ar-Rahmanbin ‘Utsman. Semua bergegas ke pintu rumah Husain seraya berkata, “Ini kami!” Akibatnya, Gubernur, karena takut akan pemberontakan, tak jadi menarik pajak tinggi (Djabbar, 1992).

2.2.4             Masa Dewasa dan Pandangan Kaum Quraisy Terhadap Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke syiria (syam) dalam usia baru 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Tholib, dalam perjalanan ini, di Basroh sebelah selatan syiria ia bertemu dengan pendeta kristen bernama Buhairoh. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa pendeta itu menassehati Abu Tholib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah syiria. Sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbaut jahat terhadapnya. Pada usia yang ke – 25, Muhammad berangkat ke syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar.Khadijah kemudian melamarnya.Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan.Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk islam dan banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebarkan islam. Perkawinan bahagia dan saling mencintai, beliau dikaruniai enam orang anak; dua Putera dan empat puteri: Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum, dan Fatimah. Kedua puteranya meninggal waktu kecil.Nabi Muhammad tidak kawin lagi sampai Khadijah meninggal ketika Muhammad berusia 50 tahun.Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada saat usianya 35 tahun.Waktu itu bagunan Ka'bah rusak berat.Perbaikan Ka'bah dilakukan secara gotong royong.Para penduduk Mekah membantu pekerjaan ltu dengan sukarela.Tetapi pada saat terakhir, ketika pekerjaan tinggal mengangkat dan meletakkan.Hajar aswad di tempatnya semula, timbul perselisihan.Setiap suku merasa berhak melakukan tugas terakhir dan terhormat itu. Perselisihan semakin memuncak, namun akhimya para pemimpin Quraisy sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke Ka'bah melalui pintu Shafa, akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini. Ternyata orang yang pertama masuk itu adalah Muhammad.Ia pun dipercaya menjadi hakim ia lantas membentangkan kain dan meletakkan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala suku memegang, tepi kain itu dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, Muhammad kemudian meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat diselesaikan dengan bijaksana, dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaianseperti itu (Abu Bakar Siraj al-Din, 2007).
Menjelang usianya yang keempat puluh, beliau sudah terlalu biasa memisahkan diri dari keramaian masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira, beberapa  kilo meter di utara Mekah. Di sana Muhammad mula-mula ber jam-jam kemudian berlari-lari bertafakkur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Alloh yang pertama: "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmu itu Maha Mulia.Dia telah mengajar dengan Qalam.Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui" (QS 96: 1-5).Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai Nabi.Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira'.Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai berikut: "Hai orang yang berselimut, bangun dan beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah" (Al-Muddatstsir: 1-7) (Amin, 2006).
Dengan turunnya perintah itu, mulailahRasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya.Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun. Kemudian, Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Nabi sejak ibunya Aminah masih hidup, juga termasuk orang yang pertama masuk Islam. Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin' Auf, Sa' ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada Nabi dan masuk Islam di hadapan Nabi sendiri.Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah memeluk agama Islam.Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar Nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib. Ia mengatakan kepada mereka, "Saya tidak melihat seorangpun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik, dari apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik.Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua.Siapakah di antara kalian yang mau mengdukung saya dalam hal ini?Mereka semua menolak kecuali Ali.Langkah dakwah seterusnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat umum, Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Di samping itu, ia juga menyeru orang yang datang ke Mekah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah.Dengan usahanya yang gigih, hasil yang diharapkan mulai terlihat.Jumlah pengikut Nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah.Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak pekerja dan orang-orang yang tak punya.Meskipun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lemah, .namun semangat mereka sungguh membaja (Amin, 2006).
Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul.Semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi semakin keras tantangan dilancarkan kaum Quraisy. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam itu (1) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.Yang terakhir ini sangat tidak mereka inginkan.(2) Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya.Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy (3) Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat. (4) Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab. (5) Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad. Pertama-tama mereka mengira bahwa kekuatan Nabi terletak pada perlindungan dan pembelaan Abu Thalib yang amat disegani itu. Karena itu mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan Nabi dengan Abu Thalib dan mengancam dengan mengatakan: "Kami minta anda memilih satu di antara dua: Memerintahkan Muhammad berhenti dari dakwahnya atau Anda menyerahkannya kepada kami. Dengan demikian, Anda akan terhindar dati kesulitan yang tidak diinginkan". Nampaknya Abu Thalib cukup terpengaruh dengan ancaman tersebut sehingga ia mengharapkan Muhammad menghentikan dakwahnya. Namun, Nabi menolak dengan mengatakan: "Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya". Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian berkata: "Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu" (Amin, 2006).
Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid ibn Mughirah dengan membawa Umarah ibn Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan, untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib: "Ambillah dia menjadi anak Saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh". Usul ini langsung ditolak keras oleh AbuThalib.Untuk kali berikutnya mereka langsung kepada Nabi Muhammad.Mereka mengutus Utbah ibn Rabiah, seorang ahli retorika, untuk membujuk Nabi.Mereka menawarkan tahta, wanita dan harta asal Nabi Muhammad bersedia menghentikan dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Muhammad dengan mengatakan: "Demi Allah, biarpun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya”.Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal, tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan kini semakin ditingkatkan.Tindakan kekerasan itu lebih intensif dilaksanakan setelah mereka mengetahui bahwa di lingkungan rumah tangga mereka sendiri sudah ada yang masuk Islam.Budak-budak yang selama ini mereka anggap sebagai harta, sekarang sudah ada yang masuk Islam. Dan mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan tuan mereka. Budak-budak itu disiksa tuannya dengan sangat kejam.Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga untuk menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam sampai dia murtad kembali (Amin, 2006).
Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah terhadap kaum muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekah.Pada tahun kelima kerasulannya Nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian karena Negus (raja) negeri itu adalah seorang yang adil.Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang dan rombongan kedua hampir seratus orang.Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum musyrik Quraisy. Mereka menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatan Muhammad yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim. Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapi pemimpin Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sungguh tindakan yang keterlaluan. Namun, tidak lama kemudian Abu Thalib Paman Nabi meninggal dunia di usia 87 tahun. Tiga hari setelah itu, istri Nabi Khadijah mninggal juga.Peristiwa ini terjadi pada tahun kesepuluh kenabian.Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad Saw.Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra’ dan memi’rajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu.Berita tentang Isra’ Mi’raj ini menggemparkan masyarakatMekkah.Bagi orang kafir ini merupakan propaganda untuk mendustakan Nabi.Sedangkan bagi orang yang beriman, ini merupakan ujian keimanan (Amin, 2006).
Perang pertama yang sangat menentukan adalah perang badar, perang antara kaum muslimin dengan kaum musyrik Quraisy.Pada tanggal 8 ramadhan tahun kedua Hijriah.Tidak lama setelah perang tersebut, Nabi menandatangani sebuah piagam, perjanjian dengan beberapa suku Badui yang kuat.Suku Badui ini, ingin sekali, menjalin hubungan dengan Nabi setelah melihat kekuatan Nabi semakin meningkat.Bagi kaum Quraisy Mekah, kekalahan mereka dalam perang Badar merupakan pukulan berat. Mereka bersumpah akan membalas denddam. Pada tahun ke 3 Hijriah, mereka berangkat menuju madinah dengan membawa 3000 pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Beberapa kilo meter dari kota Madinah, tepatnya di bukit Uhud, kedua pasukan bertemu dan terjadilah pertempuran antara pasukan kaum Muslimin dengan pasukan kaum Quraisy. Dalam pertempuran tersebut dimenangkan oleh kaum Musyrik, karena pasukan pemanah islam yang tidak disiplin dalam menjalankan perintah Nabi Saw. Pada tahun 6 Hijriah, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, Nabi memimpin sekitar seribu kaum muslimin berangkat ke Mekah, bukan untuk berperang, melainkan untuk melakukan ibadah umrah.Karena itu, mereka menggunakan pakaian ihram tanpa membawa senjata.Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah, beberapa kilometer dari Mekah. Penduduk Mekah tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhirnya, diadakan perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah yang isinya antara lain: (I) kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka'bah tahun ini tetapi ditangguhkan sampai tahun depan, (2) lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari saja (3) kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang melarikan diri ke Madinah, sedang sebaliknya pihak Quraisy tidak harus menolak orang-orang Madinah yang kembali ke Mekah, (4) selama sepuluh tahun diberlakukan genjatan senjata antara masyarakat Madinah dan Mekah, dan (5) tiap Kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan. Kesediaan orang-orang Mekah untuk berunding dan membuat perjanjian dengan kaum muslimin itu benar-benar merupakan kemenangan diplomatik yang besar bagi umat Islam.Dengan perjanjian ini, harapan untuk mengambil alih Ka'bah dan menguasai Mekah sudah makin terbuka. Nabi memang sudah sejak lama berusaha merebut dan menguasai Mekah agar dapat menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain. Ini merupakan target utama beliau. Ada dua faktor pokok yang mendorong kebijaksanaan ini: Pertama, Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab dan melalui konsolidasi bangsa Arab dalam Islam, Islam bisa tersebar keluar. Kedua, apabila suku Nabi sendiri dapat diislamkan, Islam akan memperoleh dukungan yang kuat karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar. Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai dengan rencana. Banyak orang Quraisy yang masuk Islam setelah menyaksikan kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Islam Madinah.Genjatan senjata telah memberi kesempatan kepada Nabi untuk menoleh berbagai negeri lain sambil memikirkan bagaimana cara mengislamkan mereka. Salah satu cara yang ditempuh Nabi adalah mengirim utusan dan surat kepada kepala-kepala negara dan pemerintahan. Selama dua tahun perjanjian hudaibiyah berlangsung, dakwah islam sudah menjangkau seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Perjanjian Hudaibiyah ternyata menjadi senjata bagi umat islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu, secara sepihak orang-orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian tersebut.Melihat kenyataan itu, Rasulullah bertolak ke Mekkah dengan sepuluh ribu orang tentara untuk melawan mereka. Nabi Muhammad tidak mengalami kesukaran apa-apa memasuki kota Mekah tanpa perlawanan. Sejak itu Mekah berada di bawah kekuasaan Nabi.Pada tahun 9 dan 10 H, banyak suku dari berbagai pelosok Arab mengutus delegeasinya kepada Nabi Muhammad menyatakan ketundukan mereka. Masuknya orang Mekah ke dalam agama islam rupanya mempunyai pengaruh yang amat besar pada penduduk padang pasir yang liar itu. Tahun ini disebut dengan tahun perutusan.Dalam kesempatan menunaikan ibadah haji yang terakhir, haji Wada’, tahun 10 H, 631 M), Nabi Muhammad menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah. Isi khotbah itu antara lain : larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq dan larangan mengambil harta orang lain dengan batil, karena nyawa dan harta benda adalah suci; larangan riba dan larangan larangan menganiaya; perintah untuk memperlakuakn para istri dengan baik dan lemah lembut dan perintah menjauhi dosa; semua pertengkaran antara mereka di zaman jahiliyah harus saling dimaafkan; balas dendam dengan tebusan darah sebagaimana berlaku di zaman jahiliyah tidak lagi dibenarkan; persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan; hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik, mereka makan seperti apa yang dimakan tuannya dan memakai seperti apa yang dipakai tuannya dan yang terpenting adalah bahwa umat islam harus selalu berpegang kepada dua sumber yang tak pernah usang, Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Isi khotbah ini merupakan prinsip-prinsip yang mendasari gerakan islam. Selanjutnya, prinsip-prinsip itu bila disimpulkan adalah kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi, kebajikan dan solidaritas.Setelah itu nabi Muhammad segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah memeluk agama islam. Petugas keagamaan dan para da’i dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran islam, mengatur peradilan dan memungut zakat. Pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H / 8 Juni 632 M., Nabi Muhammad wafat di rumah istrinya Aisyah (Yatim, 1993).








BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Nabi Muhammad SAW merupakan penutup sekalian nabi-nabi dan utusan Allah kepada semua manusia, supaya mereka menyembah kepada Allah semata-mata, dan supaya mereka tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah.Nabi Muhammad SAW di lahirkan di mekkah, pada hari senin, tanggal 12 rabiul awal. Ayah beliau meninggal sebelum beliau di lahirkan dan di kubur di madinah. Lalu ibunya yang mengasuh beliau.Sesudah ibunya beliau di susui oleh Tsuwaibah Al-Aslamiyah kemudian oleh halimah As-Tsadiyah.Pada umur 6 tahun meninggallah ibu Nabi di Abwaa’, lalu beliau di pelihara oleh Ummu Aiman dan di tanggung oleh kakeknya,  pada umur 8 tahun meninggallah pula kakeknya lalu beliau di tanggung oleh pamannya yaitu Abu Thalib. Ketika berumur 9 tahun berlayar Nabi bersama pamannya, Abi Thalib ke negeri syam. Pada umur 25 tahun Rasulullah SAW berlayar dengan membawa dagangan Siti Khadijah dan sesudah kembalinya 2 bulan, nabi kawin dengan khadijah, sedang siti khadijah waktu itu berumur 40 tahun. Ketika berumur 35 tahun beliau bersatu dengan kaum quraisy dalam mendirikan ka’bah, dan beliau memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Al-Hajarul Aswad di tempatnya. Menjelang usianya yang keempat puluh, beliau sudah terlalu biasa memisahkan diri dari keramaian masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira, beberapa  kilo meter di utara Mekah. Di sana Muhammad mula-mula ber jam-jam kemudian berlari-lari bertafakkur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama. Dengan adanya wahyu itu Nabi Muhammad memulai dakwah, akan tetapi niat baik beliau mendapat hambatan dari kaum Quraisy. Kaum Quraisy mulai menyakiti Rasullullah SAW, tetapi Nabi menghadapi mereka dengan tenang dan sabar.
Dari ringkasan di atas dapat di ambil hikmah yaitu sebuah sikap yang sangat dalam dan luas makna serta akibatnya.Sabar menuntut kita untuk tetap berpikir jernih.Semarah apapun, setersinggung apapun atau bahkan sehebat apapun derita yang kita alami, jangan sampai akal pikir kita tak mampu menjalani fungsinya dengan baik.Sabar memotong amarah agar kita masih mampu berpikir.Karena bila akal kita tak bisa berfikir baik dan jernih, maka sudah bisa ditebak. Kita akan hancur dan binasa sia-sia. Rasul tak ingin umatnya harus menderita hanya karena tak mampu bersabar.Tak bisa ‘mengelola’ emosi.Sesungguhnya, sabar melejitkan kecerdasan emosi manusia.Dan itulah yang diajarkan Rasul pertama kali kepada umatnya.















DAFTAR PUSTAKA
Abu bakar siraj al-din. 2007. MUHAMMAD. PT Ikrar mandiri abadi : jakarta
Amin, samsul munir. 2006. Mukzijat rasulullah SAW. Amzah : Jakarta
Djabbar, umar abdul. 1992. Sejarah nabi Muhammad. Toko kitab ahmad nabhan : Surabaya
Suubhani, ja’far. 1996. Sejarah nabi Muhammad SAW. Lentera : Jakarta
Yatim, badri. 1993. Sejarah peradaban islam. PT raja gravindo persada : jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar