Senin, 17 Oktober 2011

Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rosyidin” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sejarah Peradaban Islam


MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM
 “Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rosyidin”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu:
M. Mukhlis Fahruddin, M.Sc


Oleh:
HERI PURNOMO
08620038


 










JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
MARET 2011
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada kita semua untuk dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas sejarah peradaban islam.
            Juga tidak lupa teriring salam dan sholawat  kehadirat rasulullah SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang yaitu Addinul Islam.Memberikan pencerahan pada setiap hati manusia untuk berfikir menyaksikan kekuasaan Illahi Robbi yang memiliki tingkat keilmuan yang maha tinggi.
            Terima kasih kami haturkan kepada bapak dosen yang telah memberikan dorongan serta motifasi keilmuannya dalam membimbing dan memberikan dorongan dalam pembuatan makalah ini.Dan tidak lupa diucapkan terima kasih kepada semua anggota yang telah mencurahkan segala kemampuannya demi tersusunnya makalah ini.
            Penyusunan makalah ini salah satunya bertujuan untuk  menjaga kemurnian kebudayaan islam dan spiritualnya atas berbagai bangsa yang telah tercemari oleh buku-buku yang tersedia dalam bahasa inggris yang ditulis oleh para penulis Eropa.
            Tujuan islam tidak pernah mengajarkan pada ancaman kekerasan seperti yang diduga keras oleh para orientalis.Islam mengajarkan pada keluhuran akhlaq yang diterapkan oleh para pemimpin setelah Rasulullah SAW.Kebijakan,kearifan,keadilan yang menjadi sifat para pemimpin terdahulu patut untuk kita tiru teladannya.
            Dengan adanya makalah ini semoga dapat sedikit memberikan informasi dan pemahaman teladan para pemimpin terdahulu yang bisa diterapkan pada kehidupan sekarang ini.Agar bisa menjadi islam yang tumbuh subur sehingga menjadi generasi yang cakap,cerdas serta berakhlaq mulia,berguna bagi nusa,bangsa dan agama.Semoga Allah menerima upaya sederhana ini.Semoga para pembaca dapat memberikan sedikit saran dan kritik untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan bagi penyusunan makalah selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Pemimpin memiliki kedudukan yang sangat pentingdalamkelompok, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Suatu komunitas masyarakat, bangsa dan Negara tidak akan maju,aman dan terarah jika tdak adanya pemimpin. Maka pemimpin menjadi kunci keberhasilkan dalam suatu komunitas masyarakat. Pemimpin yang mampu memberi rasa aman, temtram, mampu mewujudkan keinginan rakyatnya. Maka dianggap sebagai pemimpin yang sukses. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dicintai oleh yang dipimpinnya, sehingga pikirannya selalu didukung, perintahnya selalu di ikuti dan rakyat membelanya tanpa diminta terlebih dahulu. Figur kepemimnan yang mendekati penjelasan tersebut adalah Rasulullah beserta para sahabatnya (khulafaur Rasyidin).
Wafatnya nabi Muhammad sebagai pemipin agama maupun Negara menyisahkanpersoalanpelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat kepada seorangpun sebagai penerusnya. Akibatnya, para sahabat mempermasalahkan dan saling berusaha untuk mengajukan calon pilihan dari kelompoknya. Ahmad Amin mencatat sedikitnya ada 3 kelompok yang berkeinginan menjadi penerus Nabi, yaitu[1]
a.       Kelompok atau golongan mencalonkan Ali Bin Abi Tholib, dikarenakanYang paling berhak adalah para ahl-bait Rasulullah sendiri.
b.      Kelompok atau golongan Anshar mencalonkan Saad bin Ubadah, dikarenakan Golongan anshar merupakan golongan penolong Nabiteraniaya di Makkah dan beliau pun meninggal dalam keadaan puas terhadap Anshar.
c.       Kelompok atau golongan Kaum Muhajirin mencalonkan Abubakar as-shidiq, dikarenakan Kaum Muhajirin merupakan kaum yang pertama mempercayai ajaran Nabi dan selalu menemani beliau dalam suka dan duka[2]
Perselisihan tersebut berdampak pada tertundanya pemakaman Rasullah serta terjadinya peristiwa saqifa[3], dimana Abu bakar di baiat sebagai penerus Nabi . Masa khulafa’ al-Rasyidun merupakan nama keemasan, zaman ideal, di  mana pemerintahan dijalankan seperti halnya pemerintahan masa Nabi. Indikator yang dapat di lihat adalah:
a.       Pembentukannya dengan suara rakyat
b.      Pemerintahan dijalankan dengan musyawarah
c.       Kedaulatan Hukum Ilahi diaplikasikan dalam kehidupan bernegara, sehingga terdapat keyakinan bahwa segala gerak gerik dipertanggung jawabkan kepada Allah.
d.      Kekuasaan Negara tidak didominasi oleh satu kelompok ataupun golongan[4]
Selain mampu menciptakan tatanan pemerintahan yang ideal, masa khulaf’ al rasyidun terkenal dengan kemampuanya mengalahkan dua imperium besar sebelumnya yaitu Persia dan Roma.
              Masing-masing khalifah memiliki kekhasan dalam memerintah umat Islam.Mereka berusaha keras melanjutkan dakwah Nabi ke seluruh alam. Pentingnya mempelajari sejarah ini agar mahasiswa dapat memperoleh banyak pelajaran hidup dari pengalaman Rasulullah dan Khulafaurrasyidin.  Sehingga nantinya mahasiswa tidak akan melakukan kesalahan serupa yang pernah dilakukan para sahabat ketika mahasiswa menjadi pemimpin.








1.2 Rumusan Masalah
1.2.1   Jelaskan pengertian khulafaur Rosyidin ?
1.2.2   Sebutkan dan jelaskan siapa saja khulafaur Rosyidin itu ?
1.2.3 Bagaimana proses pengangkatan pada masa pemerintahan Khulafaur Rosyidin ?
1.2.4 Bagaimana model pemerintahan pada masa pemerintahan Khulafaur Rosyidin ?
1.2.5  Bagaimana bentuk visi dan misi para Khulafaur Rosyidin ?

1.3  TUJUAN
1.3.1   Agar dapat memahami pengertian Khulafaur Rosyidin
1.3.2   Agar dapat memahami dan menjelaskan tentang para khulafaur Rosyidin
1.3.3 Agar dapat memahami proses pengangkatan kepemipinan pada masa khulafaur Rossyidin
1.3.4  Agar dapat memahami model kepemimpinan pada masa khulafaur Rosyidin
1.3.5 Agar dapat memahami bentuk visi dan misi dari kepemimpinan para khulafaur Rosyidin








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Khulafaur Rosyidin
Kemajuan Islam yang sangat pesat menandakan bahwa tugas Rasulullah harus segera usai.  Rasulullah merasakan bahwa dirinya harus segera menghadap kembali pada Allah. Pada saat itulahAllah menurunkan wahyu terakhir Q.S Al-Maidah ayat 3:
ôMtBÌhãm ãNä3øn=tæ èptGøŠyJø9$# ãP¤$!$#ur ãNøtm:ur ͍ƒÌYσø:$# !$tBur ¨@Ïdé& ÎŽötóÏ9 «!$# ¾ÏmÎ/ èps)ÏZy÷ZßJø9$#ur äosŒqè%öqyJø9$#ur èptƒÏjŠuŽtIßJø9$#ur èpysÏܨZ9$#ur !$tBur Ÿ@x.r& ßìç7¡¡9$# žwÎ) $tB ÷LäêøŠ©.sŒ $tBur yxÎ/èŒ n?tã É=ÝÁZ9$# br&ur (#qßJÅ¡ø)tFó¡s? ÉO»s9øF{$$Î/ 4 öNä3Ï9ºsŒ î,ó¡Ïù 3 tPöquø9$# }§Í³tƒ tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. `ÏB öNä3ÏZƒÏŠ Ÿxsù öNèdöqt±øƒrB Èböqt±÷z$#ur 4 tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYƒÏŠ àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMŠÅÊuur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYƒÏŠ 4 Ç`yJsù §äÜôÊ$# Îû >p|ÁuKøƒxC uŽöxî 7#ÏR$yftGãB 5OøO\b}   ¨bÎ*sù ©!$# Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÈ  
Artinya :
diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Pergantian kepemimpinan dari tangan Rasulullah ke tangan sahabat yang dikenal dengan sebutan khalifah (khulafaurrasyidin). Khulafaurrasyidin memiliki pengertian orang-orang yang terpilih dan mendapat petunjuk menjadi pengganti Nabi Muhammad SAW setelah beliau wafat tetapi bukan sebagai nabi atau pun rasul. Khulafaurrasyidin berasal dari kata khalifah yang artinya pengganti dan Ar rasidin yang artinya orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Pedoman yang dijadikan pegangan untuk memimpin islam adalah Al-Quran dan Sunah Al-Hadist.
Para khalifah ini tetap menggunakan sistem pemerintahan sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah.  Para khalifah yang memimpin umat islam antara lain Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Ustman ibn Affan, serta Ali ibn Abu Thalib.Masa mereka merupakan masa keemasan , zaman ideal, di  mana pemerintahan dijalankan seperti halnya pemerintahan masa Nabi . Karena alasan ini, mereka dikenal sebagai khulafaur rosyidin, yakni “para Khalifah penunjuk jalan kebenaran ”.
2.2 Tokoh-Tokoh Khulafaur Rosyidin
Seperti yang telah dijelaskan dalam(Q.S:21 ayat 105) yang berbunyi:
ôs)s9ur $oYö;tFŸ2 Îû Íqç/¨9$# .`ÏB Ï÷èt/ ̍ø.Ïe%!$# žcr& uÚöF{$# $ygèO̍tƒ yÏŠ$t6Ïã šcqßsÎ=»¢Á9$# ÇÊÉÎÈ  
Artinya : ”Dan sungguh telah kami tulis di dalam zabur sesudah(kami tulis dalam)lauh mahfudz bahwasannya bumi ini di pusakai hamba-hamba-Ku yang saleh”. 
Dan di perjelas dengan ayat Al-qur’an (Q.S:22 ayat 41) yang berbunyi:
tûïÏ%©!$# bÎ) öNßg»¨Y©3¨B Îû ÇÚöF{$# (#qãB$s%r& no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4qŸ2¨9$# (#rãtBr&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ (#öqygtRur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# 3 ¬!ur èpt6É)»tã ÍqãBW{$# ÇÍÊÈ 
Artinya:”(Yaitu)orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi h kembali semua urusan”.

Pergantian kepemimpinan dari tangan Rasulullah ke tangan sahabat yang dikenal dengan sebutan khalifah (khulafaurrasyidin). Para khalifah ini tetap menggunakan sistem pemerintahan sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah.  Para khalifah yang memimpin umat islam antara lain Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Ustman ibn Affan, serta Ali ibn Abu Thalib. niscaya mereka mendirikan shalat,menunaikan zakat,menyuruh berbuat kepada yang ma’ruf dan mencegah pada perbuatan yang mungkar dan kepada Allah lah kembali segala urusan.

2.2.1 Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/632-634 M)                 
a.  Pofil khalifah abu bakar ash-shiddiq sebelum menjadi khalifah
            Asal Usul dan Nasab Abu BakarAbu bakar dari kabilah taim bin Murrah bin ka’ab. Nasabnya bertemu dengan Nabi Adam. Nama aslinya adalah Abdullah bin Abi quhafah, ibunya bernama Ummul Khair. Disebutkan juga, bahwa sebelum masuk Islam ia bernama Abdul ka’ab. Setelah olemasuk Islam oleh Rasulullah dipanggil Abdullah. Dan mengenai julukan Abu Bakar, ada yang menyimpulkan bahwa dijuluki bgitu karena ia orang yang paling dini (bakar) masuk Islam dibandingkan dengan yang lain. Kemudian Ash-Shiddiq, artinya yang amatmembenarkanberbagaipengalamandanajaran yang dibawaNabi Muhammad SAW. TerutamaperistiwaIsra’-Mi’ra.
            Sejak usia muda, Abu Bakar Ra seorang yang sangat tenang dan tulus. Ia sangat jujur, dan selalu mengatakan yang sebenar benarnya. Ia adalah sahabat terdekat Rasululllah saw. Ketika Rasulullah saw, memperlihatkan kepadanya semua rahasia mengenai wahyu Allah, Abu Bakar menerimanya dengan begitu, ia  merupakan orang dewasa merdeka yang pertama kali mempercayai misi kenabian Rasulullah saw, dan menjadi orang kepercayaannya.

b.  Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi Khalifah
Nabi Muhammad Saw  tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin,  Musyawarah berjalan alot karena masing-masing pihak baik Muhajirin maupun Anshar merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Dengan semangat Ukhuah Islamiah yang tinggi akhirnya, terpilihlah Abu Bakar.
Setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, kaum Muslimin mengadakan pertemuan di Saqifah bani Sa'idah. Mereka membicarakan siapakah sepatutnya yang menggantikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam memimpin kaum Muslimin dan mengurusi persoalan umat. Setelah diskusi, pembahasan, dan pengajuan sejumlah usulan, tercapailah kesepakatan bulat khalifah Rasulullah pertama setelah kematian beliau adalah orang yang pernah menjadi khalifah (pengganti) Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam mengimami kaum Muslimin pada saat beliau sakit. Itulah ash-Shiddiq sahabat beliau yang terbesar dan pendamping beliau di dalam gua, Abu Bakar Rodhiyallahu 'anhu.

c.  Model Pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Setelah resmi menjadi khalifah, Abu Bakar segera memberangkatkan pasukan Usamah. Pasukan itu tertahan setelah sampai di sebuah tempat dekat Madinah bernama Dzu Khasyab, tempat ketika Usamah mendapat berita tentang sakitnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Bakar tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang mendesak agar pasukan Usamah dibekukan mengingat tersebar luasnya kemurtadan di sebagian barisan. Sebagaimana juga beliau tidak memedulikan pendapat-pendapat yang menghendaki penggantian Usamah dengan orang lain.
Abu Bakar ash-Shiddiq Rodhiyallahu 'anhu berangkat mengantarkan pasukan yang dipimpin Usamah dengan berjalan kaki. Ketika Usamah bermaksud turun dari kendaraannya agar dinaiki oleh Abu Bakar, ia berkata kepada Usamah,"Demi Allah, engkau tidak perlu turun dan aku tidak usah naik." Selanjutnya Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak berkhianat, tidak menipu, tidak melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak membunuh anak-anak atau wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau unta kecuali untuk dimakan.
Abu Bakar menjadi kholifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Madinah.
Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah.  Ia digantikan oleh “tangan  kanannya”  Umar bin Khathab.  Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarahdengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya.

2.2.2 Khalifah Umar bin Khattab (13 – 23 H/634 – 644 M)
a.  Profil  kholifah Umar bin Khattab sebelum menjadi khalifah
Umar r.a termasuk keluarga Adi dari suku Quraisy. Pada generasi kedelapan, garis keturunannya bertemu dengan Rasulullah saw. Abu Hafs adalah nama yang berasal dari keturunan ayah dan al-faruq nama julukan yang diberikan Rasulullah saw, ia dilahirkan pada tahun 583 M, sekitar empat puluh tahun sebelum hijriah yang masyhur. Masa-maasa awal kehidupan  Umar  r.a tidak diketahui secara rinci. Pada masa mudanya ia adalah jagoan berkelahi yang terkenal dan seorang orator, serta orang yang bersemangat. Ia salah seorang di antara beberapa orang di  mekkah yang kenal baca tulis sebelum islam. Pekerjaan utamanya adalah berbisnis (berdagang).
Ketika Rasulullah saw mendapat wahyu dan menyeru orang-orang pada islam, Umar r.a menjadi musuh sejati islam dan Rasulullah saw. Umar sangat ingin membunuh nabi,ketika umar ingin membunuh nabi di tengah perjalanan bertemu dengan Sa’ad bin abi waqosh  dengan sapaannya;ikan pertamakali keluarghat”Engkau lebih baik memperhatikan keluargamu sendiri,mereka telah masuk islam”.Mendengar hal itu beliau langsung mengubah arah jalannya menuju kediaman adiknya. Setelah sampai di rumah Fatimah dan mendengar lantunan merdu ayat  suci Al-Qur’an hati umar bergetar dan meminta lembaran Al-Qur’an yang di baca oleh Fatimah kemudian bergegas menuju rumah nabi dan masuk islam. sejak memeluk Islam , ia menyerahkan seluruh hidupnya untuk kepentingan Islam dan muslimin. Baginya tak ada kepentingan yg lebih tinggi dan harus dilaksanakan selain perintah Allah dan Rasul-Nya.
Sesuai dengan tau­ladan  yang diberikanlah  Rasul Allah S.A.W. ia hidup sederhana dan sangat besar perhatiannya kepada kaum sengsara terutama mereka yang diperlakukan secara tidak adil oleh orang lain.

b.  Pengangkatan Menjadi Khalifah
Bila Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. menjadi Khalifah melalui pemilihan kaum muslimin maka Umar Ibnul Khattab r.a. dibai’at sebagai Khalifah berdasarkan pencalonan yg diajukan oleh Abu Bakar r.a. beberapa saat sebelum wafat.  Masa kekhalifahan Umar Ibnul Khattab r.a. berlangsung selama kurang lebih 10 ta­hun.
Pada zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi, ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh negara-negara yang sudah berkembang seperti, di Persia.

c.  Model Pemerintahan Umar bin Khattab
Di bawah pemerintahannya wilayah kaum muslimin bertam­bah luas dengan  kecepatan luar biasa. Seluruh Persia jatuh ke tangan kaum muslimin. Sedangkan daerah-daerah kekuasaan By­zantium seluruh daerah Syam dan Mesir satu persatu bernaung di bawah bendera tauhid. Penduduk di daerah-daerah luar Semenan­jung Arabia berbondong-bondong memeluk agama Islam. Dengan demikian lslam bukan lagi hanya dipeluk bangsa Arab saja tetapi sudah rnenjadi agama berbagai bangsa.
Sukses gilang-gemilang yang tercapai tak dapat dipisahkan dari peranan Khalifah Umar Ibnul Khattab r.a. sebagai pemimpin. Ia banyak mengambil prakarsa dalam mengatur administrasi pemerintahan sesuai dengan tuntutan keadaan yang sudah ber­kembang. Demikian pula di bidang hukum. Dengan berpegang te­guh kepada prinsip-prinsip ajaran Islam dan dengan  memanfaat­kan ilmu-ilmu yg dimiliki para sahabat Nabi Muhammad s.a.w.
Selama berada di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnul Khattab r.a. musuh-musuh kaum muslimin memang tidak dapat berkutik. Namun bahaya latent yang berupa rayuan kesenangan hidup duniawi tetap tumbuh dari sela-sela ketatnya pengawasan Khalifah.
Dalam menghadapi tantangan yang sangat berat itu Khalifah Umar r.a. tidak sedikit menerima bantuan dari Imam Ali r.a. Dalam masa yang penuh dengan tantangan mental dan spiritual itu Imam Ali r.a. menunjukkan perhatiannya yang dalam.
Dengan kekhalifahannya. itu Umar Ibnul Khattab r.a. telah menanamkan kesan yang sangat mendalam di kalangan kaum mus­limin. Ia dikenang sebagai seorang pemimpin yang patut dicontoh dalam mengembangkan keadilan. Ia sanggup dan rela menempuh cara hidup yang tak ada bedanya dengan cara hidup rakyat jelata. Waktu terjadi paceklik berat sehingga rakyat hanya makan roti kering ia menolak diberi samin oleh seorang yang tidak tega me­lihatnya makan roti tanpa disertai apa-apa. Ketika itu ia menga­takan: “Kalau rakyat hanya bisa makan roti kering saja aku yg bertanggung jawab atas nasib mereka pun harus berbuat seperti itu juga.”
Umar memerintah selama 10 tahun (13-23 H/ 634-644 M). Masa jabatannya berakhir denga kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’luah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk 6 orang sahabat dan meminta mereka untuk memilih salah seorang untuk menjadi kholifah. Melalui persaingan yang agak ketat akhirnya terpilihlah Utsman bin Affan sebagai kholifah selanjutnya.

2.2.3 Khalifah Utsman bin Affan (23 – 35 H/ 644 – 656 M)
a.  Profil  Utsman bin Affan Sebelum Menjadi Khalifah
Utsman r.a berasal dari sebuah keluarga bangsawan, dari orang-orang Quraisy di Mekkah.Silsilah leluhurnya bertemu dengan Nabi Muhammad saw. Pada generasi kelima. Ia dari keluarga bani Umayyah Qurais, yang merupakan keluarga dari Mekkah yang memiliki reputasi baik dan terhormat. Utsman adalah salah satu diantara beberapa orang makkah yang tau baca tulis. Ketika tumbuh dewasa,ia mulai berbisnis kain yang telah  membuatnya sangat kaya.Ia mengunakan uangnya dengan cara yang baik-baik dan selalu membantu orang-orang miskin,oleh karena itu orang makkah sangat menghormatinya.
Utsman termasuk golongan awal yang masuk islam melalui berita yang disampaikan Abu bakar r.a.,sebelum menjadi khalifah iamembantu islam dengan segenap harta kekayaannya dan juga berprestasi hampir dalam setiap pertempuran.

b.  Pengangkatan Menjadi khalifah
     Setelah terbunuhnya umar r.a. Utsman Bin Affan terpilih menjadi khalifah ketiga berdasarkan suara mayoritas dalam musyawarah tim formatur yang anggotanya dipilih oleh Khalifah Umar Bin Khaththab menjelang wafatnya. Saat menduduki amanah sebagai khalifah beliau berusia sekitar 70 tahun.  Pada masa pemerintahan beliau, bangsa Arab berada pada posisi permulaan zaman perubahan. Hal ini ditandai dengan perputaran dan percepatan pertumbuhan ekonomi disebabkan aliran kekayaan negeri-negeri Islam ke tanah Arab seiring dengan semakin meluasnya wilayah yang tersentuh syiar agama. Faktor-faktor ekonomi semakin mudah didapatkan. Sedangkan masyarakat telah mengalami proses transformasi dari kehidupan bersahaja menuju pola hidup masyarakat perkotaan.

c.  Model Pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan
Dalam manajemen pemerintahannya Utsman menempatkan beberapa anggota keluarga dekatnya menduduki jabatan publik strategis.  Hal ini memicu penilaian ahli sejarah untuk menekankan telah terjadinya proses dan motif nepotisme dalam tindakan Utsman tersebut. Adapun daftar keluarga Utsman dalam pemerintahan yang dimaksud sebagi alasan motif nepotisme tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Muawiyah Bin Abu Sufyan yang menjabat sebagi gubernur Syam, Beliau termasuk Shahabat Nabi, keluarga dekat dan satu suku dengan Utsman.
2.      Pimpinan Basyrah, Abu Musa Al Asy’ari, diganti oleh Utsman dengan Abdullah bin Amir, sepupu Utsman.
3.      Pimpinan Kuffah, Sa’ad Bin Abu Waqqash, diganti dengan Walid Bin ‘Uqbah, saudara tiri Utsman. Lantas Walid ternyata kurang mampu menjalankan syariat Islam dengan baik akibat minum-minuman keras, maka diganti oleh Sa’id Bin ‘Ash. Sa’id sendiri merupakan saudara sepupu Utsman.
4.      Pemimpin Mesir, Amr Bin ‘Ash, diganti dengan Abdullah Bin Sa’ad Bin Abu Sarah, yang masih merupakan saudara seangkat ( dalam sumber lain saudara sepersusuan, atau bahkan saudara sepupu) Utsman.
5.      Marwan Bin Hakam, sepupu sekaligus ipar Utsman, diangkat menjadi sekretaris Negara.
6.      Khalifah dituduh sebagai koruptor dan nepotis dalam kasus pemberian dana khumus (seperlima harta dari rampasan perang) kepada Abdullah Bin Sa’ad Bin Abu Sarah, kepada Mirwan bin Al Hakkam, dan kepada Al Harits Bin Al Hakam.
Beberapa penulis Muslim mencoba melakukan rasionalisasi bahwa tindakan Utsman tersebut bukan tanpa alasan. Hal ini merupakan sebuah upaya pembelaan terhadap tindakan Utsman tidak atau bahkan sama sekali jauh dari motif nepotisme. Sebagai contoh salah satu bentuk rasionalisasi menyebutkan bahwa Utsman mengangkat wali-wali negeri dari pihak keluarga beralasan untuk memperkuat wilayah kekuasaannya melalui personal yang telah jelas dikenal baik karakteristiknya. Hal ini mengingat wilayah kekhilafahan pada masa Utsman semakin meluas. Demikian juga tanggungjawab dakwah dimasing-masing wilayah tersebut.
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada paroh terakhir masa kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa dikalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurrya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya, pada tahun 35H/ 655M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.



2.2.4  Kholifah Ali bin Abi Thalib(35-40/656-661M)
a.  Profil  Ali bin Abi Thalib Sebelum Menjadi Khalifah
Ali r.a. lahir tiga puluh tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW.Ia termasuk  dari keluarga yang sangat terpandang.Ayahnya bernama abu Thalib,semenjak kecil ia di asuh oleh nabi sehingga masuk islam atas ajakan nabi.Ali termasuk Assabiqunal Awwalun.Ali menikmati pahit getirnya kehidupan bersama nabi dan selalu setia menolongnya.Ali r.a. adalah seorang yang sangat berani,dalam hampir setiap peperangan ia mengikutinya.Karena keberaniaannya ia mendapat julukan  Asadullah(Singa Allah).Tidak sekedar pejuang besar tapi juga seorang ilmuan besar Rasulullah SAW bersabda;”Aku adalah kota ilmu pengetahuan dan Ali adalah pintu gerbangnya”.
                               
b.  Pengangkatan Menjadi khalifah
Tindakan memalukan dari para pemberontak atas pembunuhan kholifah tidak pernah dapat di bayangkan.Pembunuhan atas utsman sesungguhnya karena perbuatan faksi diantara umat islam yang merupakan tujuan Abdullah bin Saba’ dan para pengikutnya(pemberontak)Setelah wafatnya khalifah Usman bin Affan, kaum muslimin berada dalam kesedihan yang mendalam.  Kaum pemberontak yang dipimpin oleh al Ghafiqi dari Mesir bermaksud mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abu Thalib, namun Ali menolak tawaan itu.  Ditambah lagi beberapa kalangan terutama dari Bani Umayyah menolak untuk membaiat Ali. 
Keadaan serba sulit ini memaksa Ali untuk bersedia dibaiat.  Umat Islam saat itu tidak boleh dibiarkan terlalu lama tanpa adanya pemimpin.  Bila hal ini tetap dibiarkan, akan terjadi keadaan yang tidak diinginkan.   Akhirnya Ali bin Abu Thalib bersedia dibaiat pada hari Senin 21 Zulhijjah 35/20 Juni 656 di sebuah masjid.  Orang pertama yang membaiat Ali adalah Thalhah bin Ubaidillah.  Setelah Ali bin Abu Thalib dibaiat sebagai khalifah bukan berarti masalah selesai.  Bani Umayyah seolah semakin mendapat alasan untuk menuntut kematian Usman bin Affan.



c.  Model Pemerintahan Kholifah Ali bin Abi Thalib
Setelah pelantikan Ali mulai melaksanakan tugasnya sebagai khalifah.  Hal pertama yang ia lakukan adalah mengganti beberapa gubernur, diantaranya mengangkat Usman bin Hunaif al anshari untuk Bashrah, Sahl bin Hunaif untuk Syam mengantikan Muawiyah, dan Qais bin saad bin Ubadah untuk Mesir.  Ketiga orang pengganti itu adalah kalangan Anshar.   Ali berpendirian bahwa sumber kekacauan pada masa Usman adalah karena gubernur.
Muawiyah tetap bersikukuh tidak mau membaiat Ali bin Abu Thalib.  Alas an pertama adalah tuntutan Muawiyah atas para pembunuh Usman harus terlebih dahulu ditangkap dan dihukum. Kedua karena tak ada suara bular dari kalagan tearkemukan muslimin. 
Muawiyah memiliki banyak mata-mata di Irak untuk membujuk orang dengan diam-diam.  Sebaliknya, Ali sedikit pun tak membayangkan akan melakukan hal serupa.  Ambisi Ali untuk memegang amanah kuat kuat dan menaati janji yang telah dibuatnya dengan siapapun.  Muawiyah tetap bersikap hendak bertahan di Damsyik.  Ia mengundang pemuka Syam dan pemimpian militer dengan mengemukakan malsud Ali sekaligus mendramatisasi pembunuhan atas Khalifah Usman dengan mempertontonkan baju perang Khalifah yang berlumuran darah dan potongan jari istri khalifah. 
Untuk mengatasi hal ini, Ali memindahkan ibu kota ke Kuffah.  Karena suasana di Basrah sudah tidak kondusif lagi.  Kufah kemudian tumbuh menjadi kota intelektual dan kebudayaan Islam, pusat studi bahasa arab, fisiologi dan pertumbuhan sastra.  Selama masa pemerintahan Muawiyah, Kufah adalah kota penuh dengan pergolakan. 
Puncak pemberontakan Thalhah, Aisyah dan Zubair adalah saat terjadi perang Jamal.  Disebut perang Jamal, karena saat peperangan, Aisyah berperang dengan menunggangi kuda.  Kemengangan berada di pihak Ali.  Sedangkan puncak pemberontakan Muawiyah berada pada perang Shiffin.  Kemenangan hampir berada di tangan Ali, tetapi berkat politik dari Muawiyah yang mengangkat Al-Qur’an sebagai tanda damai, menyebabkan pasukan muslim terpecah menjadi berbagai golongan.  Pasukan yang tetap membela Ali (Syiah) dan pasukan yang kembali (khawarij) dan tidak mau lagi berperang membela amirulmukminin.  Akibatnya, kemenangan berada di tangan Muawiyah.  Tahkim pun dilakukan, yang dipimpin oleh Amr bin Ash, dia mengokohkan untuk menurunkan jabatan khalifah Ali dan jabatan Muawiyah, serta menyerahkan pemilihan pemimpin di tangan umat.  Dengan ini bertakhirlah masa pemerintahan khalifah, dan diganti oleh kekuasaan Bani Umayyah.  Bentuk pemerintahan menjadi sistem kerajaan dan kekuasaan dialihkan secara turun-temurun.  Tidak ada lagi budaya musyawarah sebagaimana dilakukan pada masa Khulafaurrasyidin dan Rasulullah.  Khalifah Ali dibunuh pada tanggal 17 Ramadhan dan wafat pada  20 Ramadhan 40 H/ 24 Januari 661 M pada usia 63 tahun.  Sebelum meninggal, Ali berwasiat kepada putranya Hasan dan husein untuk bertakwa kepada Allah, tidak mengejar dunia, jangan menyesali sesuatu yang sudah lepas, dan jangan membunuh orang yang membunuh kecuali pembunuhnya dan tak menyiksanya terlebih dahulu.
        Setelah wafatnya Ali bin Abu Thalib, Hasan putra Amirulmukminin, melakukan perjanjian dengan pihak Muawiyah.  Isi perjanjian ini semakin menguatkan posisi Muawiyah untuk menjadi pemimpin Umat Islam selanjutnya.  Masa pemerintahan Khulafaurrasyidin pun berakhir dan berganti ke keuasaan Bani Umayyah.














BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
v Rasulullah wafat pada hari Senin, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke sebelas Hijriah, atau pada tanggal 8 juni 632 Masehi
v Khalifah pertama pengganti Rasulullah adalah Abu Bakar Ash-shidiq
v Khalifah Abu Bakar behasil melakukan pembukuan Al-Quran, memberantas nabi-nabi palsu, memaksa orang kaya untuk membayar zakat.
v Khalifah kedua pengganti Rasulullah adalah Umar bin Khattab
v Khalifah Umar berhasil memperluas wilayah Islam, merupakan pemimpin Islam yang disegani oleh umat.
v Khalifah ketiga pengganti Rasulullah adalah Ustman Bin Affan
v Khalifah Ustman mulai melakukan praktik KKN, sehingga banyak rasa ketidakpuasan muncul dari umat Islam.
v Khalifah keempat pengganti Rasulullah adalah Ali Bin Abi Thalib
v Masa pemerintahan Ali banyak terjadi ketidakseimbangan pemerintahan, meskipun begitu Khalifah Ali tetap mengembangkan Ilmu pengetahuan.

3.2  Saran
v Di harapkan para pembaca bisa mencontoh sisi positif dari kepemimpinan para kholifah.
v Menambah rasa kecintaannya terhadap agama dan Al-qur’an.
v Meneruskan perjuangan kholifah sesuai dengan profesinya yang dijalani sekarang.






DAFTAR PUSTAKA

Asul Al-Mubarakfury, Shafiyyurrahman.2003. Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir. Jakarta: Darul Haq.
Audah, Ali. 2007. Ali bin Abi Thalib Sampai Kepada Hasan dan Husen. Jakarta: Litera Antar Nusa
Chalil, Moenawar. 2001. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad. Jakarta: Gema Insani Pers
Djabbar, Umar Abdul. 1999. Nurul Yaqin Sejarah Nabi Muhamnmad. Surabaya: Ahmad Nabhan
Khan,Majid Ali.2000.Sisi Hidup Para Khalifah Shaleh.Surabaya: Risalah Gusti
Yatim, Badri. 1993. Sejarah peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Raja Grafindo









                     







[2]Ibid, hlm.324
[3]Balai pertemuan Bani Saidah tempat membaiat Abu Bakar sebagai kholifah, Hamdani Anwar, Masa            khulafa’al-rasyidun,Ensiklopedis Tematis, Taufik Abdullah,hlm. 38
[4]ZainalAbidin Ahmad, IlmuPolitik Islam III, (Jakarta:Bulan Bintang,1977), Hlm. 136

Tidak ada komentar:

Posting Komentar