Senin, 17 Oktober 2011

MAKALAH BATANG


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem teresterial (daratan).Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, dan mengingat tempat dan kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Maka kami perlu mempelajarinya lebih mendalam untuk menamabah pengetahuan kami dengan cara membuat mkalah ini.

1.2    RUMUSAN MASALAH
Melihat latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana ciri-ciri batang?
2.      Bagaimana fungsi batang?
3.      Bagaimana perkembangan batang?
4.      Bagaimana bagian-bagian batang?
5.      Bagaimana pola percabangan batang?
6.      Bagaimana modifikasi batang?
7.      Bagaimana arsitektur batang?

1.3    TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui ciri-ciri batang.
2.      Untuk mengetahui fungsi batang.
3.      Untuk mengetahui perkembangan batang.
4.      Untuk mengetahui bagian-bagian batang.
5.      Untuk mengetahui pola percabanagan batang.
6.      Untuk mengetahui modifikasi batang.
7.      Untuk mengetahui arsitektur batang.
BAB II
PEMBAHASAN
Morfologi dasar tumbuhan menunjukkan sejarah evolusinya sebagai organisme teresterial. Suatu tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang sangat berbeda, yaitu tanah dan udara, pada waktu yang bersamaan dan harus mengambil sumberdaya dari keduanya. Tanah menyediakan air dan mineral, udara merupakan sumber utama CO2, namun cahaya tidak bisa menembus jauh ke dalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan  sumberdaya ini adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua sistem utama: sistem akar yang berada dibawah permukaan tanah dan sistem tunas yang ada di atas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun dan bunga. Tidak satupun di antara kedua sistem ini yang dapat hidup tanpa ada sistem yang lain. Jika tumbuhan tidak mempunyai kloroplas dan hidup di kegelapan, maka akar akan kelaparan tanpa gula dan nutrien (zat hara) organik lainnya yang didatangkan dari jaringan fotosintetik sistem tunas. Sebaliknya, sistem tunas bergantung pada air dan mineral yang diserap dari tanah oleh akaar. Jaringan vaskuler (pembuluh), yaag kontinyu di seluruh tubuh tumbuhan, mengangkut zat antara akar dan tunas. Kedua jenis jaringan vaskuler tersebut adalah xilem, yang mengirim air dan mineral yang terlarut ke atas dari akar ke tunas, dan floem, yang mengangkut makanan yang dibuat di daun yang sudah dewasa ke akar dan bagian-bagian tunas, seperti daun dan buah yang sedang berkembang.

2.1    CIRI-CIRI BATANG
Selain bentuk batang yang biasa dilihat pada pohon, semak atau tumbuhan basah, masih ada bentuk-bentuk lain yang berbeda namun tetap melaksanakan fungsi asalnya atau sedikit termodifikasi. Di bawah ini merupakan ciri-ciri yang terdapat pada sebuah batang:
1.      Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagai menjadi dua bagian yang setangkup.
2.      Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku, dan pada buku-buku inilah terdapapt daun.
3.      Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari: (bersifat fototrop atau heliotrop).
4.      Selalu bertambah panjang di ujungnya. Oleh seabab itu sering dikatakan bahwa  batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
5.      Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan  tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
6.      Umunya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.

2.2  FUNGSI BATANG
Batang pada umunya terdiri dari sumbu tegak dengan daun-daun melekat padanya.dalam bentuk ini tugas utama batang adalah sebgai berikut:
1.      Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu daun, bunga dan buah.
2.      Berlaku sebagai jalur translokasi air dan garam-garam mineral ke daun dan titik-titik tumbuh, dan bahan organik dari tempat pembentukannya di daun ke semua bagian dari tubuh.
3.      Batang dapat terspesialisasi serta termodifikasi bentuknya sebagai tempat penimbunan cadangan makanan.
4.      Sebagai alat perkembangbiakan.
5.      Memperkuat tubuh tanaman, dilakukan dengan dua cara:
a.       Pada batang yang masih muda, sel-selnya diperkuat oleh selulosa dan turgor.
b.      Pada batang yang sudah tua, kekuatanya ditunjang oleh sel-sel yang mengandung lignin.
6.   Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi. Dan menempatkan bagian-bagian di dalam ruang sedemikian rupa, sehingga dari segi kepentingan tunbuhan bagian-bagian tadi mendapat terdapat pada posisi paling menguntungkan
2.3   PERKEMBNGAN BTANG
Dari  musim ke musim dari tahun ke tahun, pertumbuhan tumbuhan mengubah ligkungan sekitar kita, seperti halaman, kampus, tanah kosong, pepohonan, dan bentangan alam dalam komunitas kita. Pertumbuhan tumbuhan dari sebuah biji adalah suatu perubahan yang sangat menakjubkan. Tahapan paling awal pertumbuhan ini adalah dari perkecambahan biji dan munculnya bibit.
Selama tumbuhan masih mampu untuk bertahan hidup, tumbuhan dapat tumbuh tidak terbatas karena tumbuhan mempunyai jaringan embrionik yang selalu tersedia, yang disebut meristem, pada daerah pertumbuhan. Sel-sel meristem membelah terus untuk menghasilkan sel-sel baru. Beberapa produk pembelahan ini tetap berada pada daerah meristem untuk menghasilkakn lebih banyak lagi sel, sementara yang lain menjadi terspesialisasi dan digabungkan ke dalam jaringan organ tumbuhan yang sedang tumbuh. Sel-sel yang terspesialisasi berfungsi untuk menghasilkan sel-sel baru di dalam meristem disebut inisial atau permulaan. Sel-sel baru yang digantikan  dari merirstem, yang disebut derivatif atau turunan, terus membelah selama beberapa saat, sampai sel yang mereka hasilkan mulai mengalami spesialisasi di dalam jaringan yang sedang berkembang.
Pola pertumbuhan tumbuhan bergantung pada letak meristem. Meristem apikal berada pada ujung akar dan pada puncuk tunas, menghasilkakn sel-sel bagi tumbuhan untuk tumbuh memanjang. Pemanjangan ini yang disebut pertumbuhan primer, memungkinkan akar membuat jalinan di dalam tanah dan tunas untuk meningkatkan pemaparanya terhadap cahaya matahari dan CO2. Pada herba (bukan tumbuhan berkayu), yang terjadi hanya pertumbuhan primer. Namun demikian, pada tumbuhan berkayu terdapat juga pertumbuhan sekunder, karena adanya aktivitas penebalan secara progresif pada akar dan tunas yang terbentuk sebelumya oleh pertumbuhan primer. Pertumbuhan sekunder adalah produk meristem lateral, silinder-silinder yang terbentuk dari sel-sel yang membelah ke samping di sepanjang akar dan tunas. Meristem lateral ini mengantikan sel dermis dangan jaringan dermis sekunder, seperti kulit yang lebih tebal dan keras, dan meristem lateral juga menambah lapisan jaringan pembuluh. Kayu adalah xilem sekunder yang terakumulasi selama bertahun-tahun.
Pada tumbuhan berkayu, pertumbuhan primer dan sekunder terjadi pada waktu yang bersamaan akan tetapi pada lokasi yang berbeda. Pertumbuhan primer dibatasi pada bagian termuda tumbuhan seperti ujung akar dan tunas, dimana terletak meristem apikal. Meristem lateral terletak dan berkembang di daerah yang sedikait lebih tua pada akar atau tunas yang agak jauh dari ujung. Pada tempat tersebut terjadi pertumbuhan sekunder untuk menambah diameter organ. Bagian tertua dari akar atau tunas misalnya pada pangkal cabang pohon memiliki akumulasi jarinagn sekunder yang paling bersar yang dibentuk meristem lateral. Setiap musim tumbuh, pertumbuan primer menghasilkan perbesaran bagian muda pada akar dan tunas, sementara pertumbuhan sekunder menebalkan dan menguatkan bagian yang lebih tua tumbuha tersebut.

2.3.1        Pertumbuhan Primer
Meristem apikal dari suatu tunas adalah suatu massa sel yang berbentuk kubah yang membelah pada ujung tunas terminal. Daun uncul sebagai bakal daun pada sisi yang mengapit meristem apikal. Tunas aksiler akan berkembang dari kumpulan sel meristematik yang ditingalkan oleh meristem apikal pada pangkal empelur bakal dari daun. Sebagian besar pemanjangan tunas sesungguhnya terjadi melalui pertumbuhan ruas yang sedikit lebih tua di bawah ujung ruas tersebut. Pertumbuhan ini disebabkan oleh pembelahan sel dan pemanjangan sel di dalam ruas tersebut. Pada beberapapa tumbuhan, termasuk rumput-rumputan, ruas terus memanjang sepanjang panjang tunas tersebut selama periode yang lama. Hal ini dimungkinkan karena tumbuhan tersebut memiliki daerah meristematik, yang disebut meristem interkalari, pada pamgkal masing-masing ruas.
Pada beberapa spesies tumbuhan, pembentukan tunas lateral tidak terjadi sebelum daun lebih tua. Bakal tunas dapat juga terjadi di tempat lain dan disebut tunas tambahan atau tunas adventif. Pembentukannya adalah dengan cara diferensiasi sel yang bersifat parenkim. Kebanyakan tunas tambahan dibentuk secara eksogen, artinya dari jaringan di dekat permukaan. Tunas aksiler bisa saja membentuk cabang dari sistem tunas pada suatu saat nanti. Cabang sistem tunas berasal dari tunas aksiler, yang berlokasi pada permukaan suatu tunas utama. Jaringan pembuluh dari suatu batang berada dekat dengan permukaan, dan cabang-cabang dapat berkembang dengan adanya sambungan ke jaringan pembuluh tanpa harus berasal dari bagian paling dalam di dalam tunas utama. Perkembangan buku dan ruas di dalam ujung tunas, yang dimiliki suatu konstruksi moduler suatu rentetan segmen, yang masing-masing terdiri dari sebuah batang, satu atau lebih daun dan suatu tunas aksiler yang berkait dengan masing-masing daun. Pada kenyataanya, meristem apikal dapat berubah dari satu fase perkembangan ke satu perkembangan yang lain selama sejarahnya. Salah satu peruabahan fase dalam pertumbuhan vegetatif (memnghasilakan daun) ini adalah dari keadaan juvenil ke keadaan dewasa (terlihat pada perubahan morfologi daun). Pada beberapa kasus ujung tunas mengalami suatu perubahan kedua, yaitu dari keadaan vegetatif dewasa ke keadaan reprodukti (pembentukan bunga).
2.3.2        Pertumbuhan Sekunder
Penambahan tinggi yang dicapai oleh pertumbuhan di meristem apeks sering disertai penambahan tabal batang. Penebalan itu disebabkan oleh pertumbuhan sekunder akibat aktivitas kambium pembuluh yang menambah jumlah jaringan pembuluh. Pertumbuhan sekunder terutama terjadi pada suatu batang utama dan cabangnya serta kadang-kadang tampak pula pada daun, tertutama pada tangkai daun dan ibu tulang daun. Beberapa tunbuhan dikotil basah dan kebanyakan monokotil tidak memiliki pertumbuhan sekunder.
Sebaian besar tumbuhan pembuluh mengalami pertumbuhan sekunder, yang meningkatkan diameter dan panjangnya. Tubuh sekunder tumbuhan terdiri dari jaringan yang dihasilkan selama pertumbuhan sekunder diameter. Dua meriatem lateral yang berfungsi dari pertumbuhan sekunder yaitu: kambium pembuluh yang menghasilkan xilem sekunder (kayu) dan floem, serta kambium gabus, yang menghasilkan suatu penutup keras dan tebal yang mengantikan epidermis pada batang dan akar. Pertumbuhan sekunder terjadi pada semua gimnosperma. Pada angiosperma, pertumbuhan pada sekunder berlangsung pada sebagin besar spesies dikotil tetapi jarang spesies monokotil.
Kambium pembuluh adalah satu suatu silinder yang tersusun dari sel-sel meristematik yang membentuk jaringan pembuluh sekunder. Akumulasi  jarinagn pembuluh sekunder ini selama bertahun-tahun, bertanggung jawab atas sebagin besar pertambahan diameter tumbuhan berkayu. Kambium pembuluh menghasilkan xilem sekunder ke arah dalam dan floem sekunder ke arah luar. Sejalan dengan waktu, diameter pohon bertambah besar seiring dengan bertambah meningkatnya diameter silinder kambium pembuluh, yang membentuk lapisan jaringan sekunder secara suksesif, dengan diameter yang lebih besar dibanding diameter sebelumnya.
Dalam tumbuhan dikotil semusim yang kecil dan sebagin besar tumbuhan monokotil, semua sel dalam tubuh tumbuhan dihasilkan oleh meristem-meristem ujung, dan karen itu tumbuhan tersebut menyelesaikan seluruh daur hidupnya dengan pertumbuhan primer. Tetapi dalam sebagin besar dikotil, terutama tumbuhan berkayu menahun yang dari tahun ke tahun terus tumbuh, tubuh primer tubuhan ditambah denagan pembentukan jarinagn sekunder yang menambah ketebalan sumbu tumbuhan.
Pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder terjadi secara bersama pada bagian batang yang berbeda-beda. Pada saat meristem apikal memanjangkan batang dengan cara memnghasilakan jaringan primer, termasuk xilem dan floem primer dalam bentuk berkas pembuluh, pertumbuhan sekunder mulai semakin jauh di bawah tunas. Pertambahan jaringan pembuluh sekunder mengubah bentuk bagian yang lebih tua pada suatu batang.
Setelah meristem apikal memanjangkan suatu tunas, tubuh primer tumbuhan tunas muda membuat perubahan dari pertumbuhan primer ke pertunbuhna sekunder dengan membentuk kambium pembuluh dari sel-sel parenkima yang mampu merubah sel-sel itu menjadi meristematik kembali. Meristem ini terbentuk dalam suatu lapisan antara xilem primer dan floem primer dari masing-masing berkas pembuluh dan dalam lempemgan jaringan dasar di antara berkas. Pita-pita meristematik di dalam berkas dan lempengan pembuluh menyatu membentuk kambium pembuluh sebagai suatu silinder kontinu yang tersusun dari sel-sel yang membelah  di sekitar xilem primer dan empelur batang. Lempengan jaringan xilem dan floem, yang sebagian besar terdiri dari paremkim, berfungsi sebagai sarana sistem transpor radial air dan nutrien di dalam suatu batang berkayu, serta untuk menyimpan pati dan cadangan makanan lainnya. Sementara pertumbuhan sekunder barjalan terus-menerus selama bertahun-tahun, lapisan demi lapisan xilem sekunder akan terakumulasi membentuk kayu. Kayu sebagian besar terdiri dari trakeid, unusur pembuluh (pada angiosperma), dan serat. Sel-sel ini, mati pada kematangan fungsional dan memiliki dinding tebal berlignin yang memberi kekerasan dan kekutan pada kayu.

2.4  BAGIAN-BAGIAN BATANG
Batang merupakan  sistem berselang-seling yang terdiri dari:
1.      Buku (node),tempat dimana daun melekat pada batang.
2.      Ruas (internode), bagian batang di antara buku-buku.
3.      Tunas axiler (axillary bud),yang terbentuk antara sudut masing-masing daun dengan batang dan memiliki potensi unutk membentuk suatu tunas cabang. Sebagin besar tunas aksiler yang masih muda dorman. Setelah mengakhiri masa dormansi, suatu tunas aksiler akan menjadi cabang vegetatif yang lemgkap dengan tunas terminal, daun-daun dan tunas aksiler.
4.      Tunas terminal (terminal bud), merupakan pusat pertumbuhan tunas yang masih muda, terletak pada bagian apeks (ujung) batang.

Gambar 1. Bagian-bagian batang

2.5  POLA PERCABANGAN BATANG
Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak, yang tidak bercabang kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), misalnya jagung (Zea mays L.). Umumnya batang memperlihatkan percabangan banyak atau sedikit.
Kerangka tumbuhan diabangun oleh sejumlah sumbu. Suatu sumbu (baik cabang atau sumbu utama) bisa dibangun denngan cara sebagi berikut:
1.      Cara percabangan monopodial, yaitu jika batang pokok selalu lebih jelas, karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya, misalnya pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.).
2.      Percabangan simpodial, sumbu tubuh menghasilakn ruas dan buku namun di suatau saat meristem apikal tidak berfungsi lagi oleh karen membentuk bunga atau berdiferensiasi  membentuk parenkim atau karena sebab lain. Dari kuncup aksilar di ketiak daun dekat di daerah meristem apikal yang tidak berfungsi itu akan tumbuh cabang yang arahnya sejajar sumbu sebelumnya dan tumbuh serpeti sumbu yang diagantikannya. Batang pokok sukar ditentukan, karen adalam perkembagan selanjutnya mungkin lalu menghentika pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuahnnya dibandingkan dengan cabangnya, misalnya pada sawo manila (Achros zapota L.).
3.      Percabangan mengarpu atau dikotom, yaitu cara percabangan, yang batang setiap kali menjadi dua cabang yang sama besarnya, hal ini adalah akibat titik tumbuh menjadi dua bagian yang sama, seperti pada Selaginella, nipah (Nypa fruticans) dan Asclepias. Kadang-kadang percabangan tampak seperti dikotom namun jika diamati secara cermat terlihat ujung sumbu utama yang terhenti. Percabangan seperti ini disebut dikotom semu, misalnya paku rane (Glaichenia linearis). Dikotom semu juga bisa terjadi jika cabang dekat ujung sumbu tumbuh dengan kuat sehingga mencapai penampakan yang setara dengan sumbu utama yang sedikit terdesak dan keduanya bersama-sama tampak seperti garpu.

2.6  MODIFIKASI BATANG
Batang pada suatu tumbuhan dapat mengalami sutau modifikasi menjadi bentuk-bentuk lain antara lain:
1.      Rimpang (rhizoma). Rimpang sesungguhnya adalah batang beserta daunnya yang berada di bawah tanah, bercabang-cabang dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tanaman baru. Rimpang selain sebagai alat perkembagbiakan juga merupakan tempat penimbunana zat-zat cadangan makanan, misalnya pada tasbih (Canna udulis Ker.) Dan kerut (Maranta arundinacae L.).
Bahwasannya alat ini adalah penjelmaan batang dan bukan akar, dapat dilihat dari tanda-tanda berikut :
·         Beruas-ruas, berbuku-buku, akar tidak pernah bersifat demikian. Ruas biasanya pendek dan tebal seperti pada lengkuas.
·         Berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik-sisik, daun yang melekat pada buku berbentuk sisik yang tipis seperti selaput dan tidak hijau.
·         Mempunyai kuncup-kuncup.
·         Tumbuhnya tidak ke pusat bumi atau air, malahan kadang-kadang lalu ke atas, muncul di atas tanah.
Diujungnya yang termuda rimpang tumbuh monopodial atau sipodial, dan tunas terminal dapat tumbuh tegak menghasilkan batang yang mengelilingi pelepah daun serta diujungnya menghasilkan bunga. Dalam hal itu percabangan terjadi karena ketiak didekatnya tumbuh horisontal dan memperpanjang rimpang. Sementara itu bagian proksima (pangkal), membusuk. Jika pembusukan mencapai bagian yang panjang maka kedua cabang akan terpisah sehingga terjadilah ramet baru.
2.      Umbi lapis (bulbus). Juga umbi lapis ini jika ditinjau asalnya adalah penjelmaan batang berserta daunnya. Umbi ini dinamakan umbi lapis, karena memperlihatkan susunan yang berlapis-lapis, yaitu yang terdiri atas daun-daun yang telah menjadi tebal, lunak dan berdaging, merupakan bagian umbi yang menyimpan zat makanan cadangan, sedang batangnya sendiri merupakan bagian yang kecil pada bagian bawah umbi lapis itu. Umbi ini terselubung oleh lapisan luar yang kering dan tipis seperti selaput. Penutup yang juga dinamakan tunika berperan sebagi pelindung terhadap kekeringan dan luka mekanik terhadap umbi. Sisik berdaging tersusun sebagai lapisan kontinu dan konsentris sehingga berstruktur padat.
Pada umbi lapis dapat dibedakan bagian-bagian berikut:
·         Subang atau cakram (disicus). Bagian inilah yang merupakan batang yang sesungguhnya, tetapi hanya kecil dengan ruas-ruas yang amat pendek, mempunyai bentuk seperti cakram, padanya terdapat pula kuncup-kuncup.
·         Sisik-sisik (tunika atau squama), yaitu bagian yang merupakan penjelmaan daun-daunnya yang menjadi tebal, lunak dan berdaging, yang seperti telah di sebutkan, merupakan bagian tempat untuk menyimpan zat makanan cadangan.
·         Kuncup-kuncupnya (gemmae), yang dapat di bedakan lagi dalam:
o Kuncup pokok (gemma bulbi), yang sesungguhnya adalah kuncup ujung, yang terdapat pada bagian atas cakram yang tumbuh ke atas mendukung daun-daun biasa, serta bunga.
o Kuncup samping, yang biasanya tumbuh merupakan umbi lapis kecil-kecil, berkelompok di sekitar umbi induknya. Bagian ini dinamakan siung (bulbus) atau anak umbi lapis, seperti misalnya pada bawang merah (Allium cepa L.).
·         Akar-akar serabut terdapat pada bagian bawah cakram.
Umbi lapis menurut sifat sisiknya dapat dibedakan  menjadi dua macam yaitu:
·         Yang selapis, jika daunnya merupakan bagian yang terlebar, dan bagin yang lebih luar  menyelubungi bagian yang lebih dalam, hingga jika umbi diiris membujur akan tampak jelas susunannya yang berlapis-lapis, misalnya umbi lapis bawang merah.
·         Yang bersisik, jika metamorfosis daun-daunnya tidak merupkan bagin yang lebar yang dapat merupakan selubung seluruh umbi, melainkan tersusun seperti genting, misalnya umbi lapis pada lilia (Lilium candidum L.). Pada bunga leli (Lilium longiflorum) umbi ini tidak memiliki penututp kering. Sisik terpisah dan tidak sama tingginya serta semua melekat pada papan basal. Pada umumnya umbi lapis mudah rusak dan perlu dirawat agar tetap lembab, sebab akan luka bila kekeringan. Di waktu panen tampak bahwa pada umbi terdapat primordium akar. Akar tersebut tidak akan memanjang sebelum umbi ditanam dan memperoleh lingkungan yang tepat. Akar-akar tersebut tersusun dalam lingkaran di tepi bawah papan basal. Banyak jenis leli membentuk akarnya juga di bagin batang di atas umbi. Akar kontraktil yang menempel seiring pula ditemukan dan menarik umbi ke bawah sehingga mnecapai kedalaman yang sesuai.
Telah dikemukakan, bahwa umbi pada umunya adalah alat tempat menimbun zat-zat makanan cadangan. Oleh sebab itu jika mulai tumbuh tunas yang baru tumbuhan makanan akan berkurang dan akhirnya umbi akan berkeriput sama sekali. Keadaan demikian nyata sekali kelihatan pada umbi yang kasip pemanenan umbinya.
Gambar 2.Umbi lapis
3.      Umbi batang, umumnya tidak mempunyai sisa–sisa daun atau penjelmaannya, oleh sebab itu seringkali permukaannya tampak licin, buku-buku batang dan ruas-ruasnya tidak tampak jelas. Karena tidak adanya sisa daun sering kali dinamakan umbi telanjang (tuber nodus), seperti terdapat pada kentang (Solonum tuberosum L.) dan ketela rambat (Ipomoea batatas Polr.).
Bahwasanyan umbi batang adalah penjelmaan batang masih terlihat dari terdapatnya kuncup-kuncup (mata) pada umbi ini, yang jika waktunya telah tiba lalu dapat bertunas dan menghasilkan tumbuhan baru. Umbi pada kentang putih adalah ujung rhizoma yang membengkak dan dikhususkan untuk menyimpan makanan. “Mata” yang tersusun dalam pola spiral di sekitar kentang adalah tunas aksiler yang menandai buku. Pada pangkal batang kentang di atas tanah tumbuh sejumlah geragih yang memasuki tanah dan menjadi panjamg. Di satu saat kegiatan meristem apeks di ujung geragih terhenti, sehingga tidak bertambah panjang, sebagian menjadi umbi kentang. Seperti halnya untuk batang yang bersumbu tegak, perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan menanam sebagian batang dengan tunas ketiak padanya. Hal ini biasanya dilakukan dengan memotong umbi kentang menjadi bagin-bagian yang masing-masing memiliki beberapa tunas ketiak, yang krmudian ditanam.
4.      Cabang pembelit (sulur dahan atau sulur cabang), yaitu alat pembelit yang terjadi dari cabang atau tunas, yang biasanya terlihat dari tempatnya, yaitu dalam ketiak daun atau berhadapan dengan daun, dan seringklali masih mendukung daun-daun kecil, misalnya pada air mata pengantin (Antigonon leptatus Hook et Arn.), markisah (Passiflora quadrangularis L.).
5.      Duri dahan (spina caulogenum), jika merupakan penjelmaan dahan atau cabang, misalnya pada bugenvil (Bougainvillae spectabilis Willd.). Bagian tengah terdiri dari kayu yang bersambungan dengan bagian kayu dalam batang.
6.      Geragih (flagellum, stolo) atau stolon adalah cabang yang panjang dan ramping yang berkembang dari tunas ketiak daun-daun di bagian bawah batang. Geragih berbaring di atas tanah. Pada buku-bukunya kuncup ketiak tumbuh menghasilkan daun-daun pada sumbu baru yang tegak, sedangkan di bagian bawahnya dibentuk akar sehingga terjadilah tanaamn yang baru. Jika bagin geragih diantara dua buku itu dihancuurkan dan mati akan terdapapt tanaman-tanaman baru yang saling berpisah. Cabang yang demikian dapat dibedakan lagi menjadi dua macam:
·         Merayap di atas tanah, misalnya pada daun kaki kuda (Centella asiatika Urb.), dan arbei (Fragraria vesca L.).
·         Meryap di dalam tanah, misalnya teki (Cyperus rotundatus L.), kentang (Solonum tuberosum L.).
 Stolon yang ditunjukkan tumbuhan strowberi, tumbuh pada permukaan tanah. “Pelari” ini memungkinkan suatu tumbuhan mengkoloni dan menduduki suatu daerah yang luas dan untuk bereproduksi secara aseksual jika tumbuhan tetua tunggalnya mengalami fragmentasi menghasilkan banyak keturunan yang kecil.

Gambar 3. Gambar pada bagian paling atas merupakan stolon pada strawberi, pada bagin kanan dan kiri merupakan rhizoma pada jahe dan kentang.
2.7  ARSITEKTUR TUMBUHAN
Adanya buku-buku, ruas-ruas, tunas terminal dan tunas aksilar amat penting dalalm penampilan morfologi tumbuhan. Baik kuncup aksilar yang berkembang menjadi cabang maupun perilaku kuncup terminal akan menentukan bentuk dari percabangan, bahkan keseluruhan arsitertur tumbuhan tersebut. Di bawah ini beberapa model arsitektur yang terdapat pada pohon bercabang dan pohon tak bercabang:
A.    Pohon tak bercabang
Pohon tak bercabang adalah pohon yang bagian vegetatifnya terdiri hanya dari satu sumbu yang dihasilkan oleh satu meristem. Meristem lain pada sumbu yakni yang terdapat di kuncup aksilar tidak tumbuh dan berkembang. Berikut ini diberikan dua model yang dikenal yaitu:
1.      Model Holttum, pada model Holttum ini batang tumbuh terbatas, ada perbungaan terminal dan tidak bercabang kecuali pada perbungaan. Contoh: Agave sp. (Agaveceae) dan Gebang (Coripha umbraculifera).
2.      Model Corner, pada model Corner ini batang monopodial dengan perbungaan lateral dan tak bercabang. Karena posisi perbungaannnya yang lateral maka meristem apikal dapat tumbuh terus. Contoh: kelapa sawit (Elaeis guineensis, Palmae).

B.     Pohon bercabang
Ke dalam kelompok ini termasuk semua pohon yang bagian batang di atas tanah memperlihatkan lebih dari satu sumbu dan dibentuk oleh lebih dari satu sumbu meristem. Kelompok pohon bercabang dapat dibagi menjadi tiga subkelompok sebagai berikut:
·         Sumbu vegetatif semuanya ekivalen dan ortotrop
Pohon terdiri dari sejumlah sumbu vegetatif yang bersambungan menjadi sumbu batang semu atau simpodiom. Berikut ini tiga model percabangan yang dikenal yaitu:
1.      Model Tomlinson, sumbu batang ortotrop dan membentuk cabang ortotrop dari kuncup ketiak di bagian batang di bawah tanah. Sumbu baru terbentuk berulang kali dan ekivalen dengan sumbu induk dan membentuk perakaran sendiri. Pembentukan sumbu baru atau kolumner itu bisa terjadi beberapa kali. Contoh bambu yang tidak bercabang (misalnya Gaaziophyta sp.), pisang (Musa paradisiaca). Pada Euterpe oleracea (Palmae di hutan rawa Amerika tropis), perbungaan aksilar memungkinkan sumbu tumbuh terus.
2.      Model Leeuwenberg, batang berupa simpodium, namun setiap kolumner menghasilkan lebih dari satu kolumner anak di ujungnya, yang menempati ruang yang ada. Contoh: Tabernaemontana crassa (Apocynaceae).
3.      Model Chamberlina, sumbu vegetatif di atas tanah tumbuh tegak dan lurus, terdiri dari sejumlah kolumner yang bersinambungan menjadi sumbu semu yang lurus. Contoh: Clerodendron paniculatum (Verbenaceae), Jatropha multifida (Ephorbiaceae).

·         Sumbu vegetatif yang terdiferensiasi
Istilsh diferensiasi di sini berarti bahwa diantara sumbu-sumbu baru yang dibentuk terjadi perbedaan morfologi dan terdapat spesialisasi fungsional. Berikut ini diberiakan lima model yang dikenal:
1.      Model Koriba, batang merupakan simpodium, kuncup terminal terhenti tumbuh karena jaringan meristem apeks berdiferensiasi menjadi parenkim. Kuncup aksilar membentuk kolumner yang semula identik namun kemudian terjadi perbedaan. Satu menjadi kolumner batang dan yang lain menjadi kolumner cabang. Contoh: pulai (Alstonia macrophylla).
2.      Model Aubreville, batang merupakan monopodium yang tumbuh ritmis, sehingga mengakibatkan  cabang plagiotrop tersusun dalam lapisan-lapisan terpisah. Contoh: ketapang (Terminalia catappa, Combretaceae).
3.      Model Rauh, batang merupakan monopodium ortotrop. Pertumbuhan ritmis mengakibatkan cabang tersusun dalam karangan, cabang juga bersifat ortotro. Oleh karena monopodium maka sumbu dapat tumbuh tak terbatas. Contoh: getah perca (Hevea brasiliensis, Euphorbiaceae) dan Pinus merkusi (Pinaceae).
4.      Model Massart, batang merupakan monopodium ortotrop, pertumbuha rutmis mengakibatkan cabang tersusun dalam karangan. Filotaksis pada batang adalah spiral. Cabang bersifat plagiotrop dengan filotaksis distrik atau cenderung distrik. Cabang dapat bersifat simpodial atau monopodial. Contoh: pala (Myristica fragrans, Myristicaceae), kapok (Ceiba pentandra, Bombaceae).
5.      Model Raux, batang merupakan monopodium ortotrop. Cabang bersusun kontinu atau tersebar dan fiotaksis batang adalah spiral. Cabang plagiotrop dan filotaksis distrik atau cenderung distrik. Cabang dapat simpodial maupun lebih sering monopodial. Contoh kopi (Coffea arabica, Rubiaceae), kenanga (Cananga odorata, Annonaceae), durian (Duriozibethinus, Bombaceae).
·         Sumbu vegetatif dengan struktur campur
Pohon bercabang, tinggi pohon dicapai dengan penyambungan sumbu yang ekivalen namun struktur setiap sumbu itu sendiri berupa campuran. Setiap sumbu terdiri dari bagian bawah yang vertikal dan bagian ujung yang horizontal, dan kedua bagian itu dipisahkn oleh lengkungan. Berikut ini diberikan dua model yang dikenal:
1.      Model Champagnat, batang berupa simpodium. Bagian distal setiap kolumner melengkung karena terlalu berat dan tidak didukung oleh jaringan penyokong yang cukup. Filotaksis spiral terdapat pada sumbu. Bagian distal dapat menghasilkan beberapa sumbu yang juga melengkung. Contoh: Sambucus nigra (Caprifoliaceae), Thunbergia erecta (Acanthaceae), kembang merak (Caesalpinia pulcherrima, Caesalpinieae).
2.      Model Troll, batang berupa simpodiuum, semua sumbu berarah plagiotrop sejak dini, sehingga semua sumbu bersifat horizontal, sifat dorsifentral, filotaksis distik atau cenderung distik. Pohon berbunga setelah dewasa. Pembentukan batang yang tegak terjadi setelah daun gugur. Contoh flamboyan (Delonix regia, Caesalpinioideae). Sumbu-sumbu pertama ortotrop namun sumbu berikutnya akan berbeda dan setelah dewasa sumbu baru yang dihasikan hamyalah plagiotrop. Contoh lain sirsak (Annona muricata, Annonaceae) dan daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea, Caesalpinioideae)










BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Batang pada suatu tumbuhan mempunyai ciri-ciri: berbentuk panjang silinder; terdiri atas ruas yang dibatasi oleh buku dan terdapat daun; umumnya tumbuh ke atas;  bertambah panjang di ujungnya; terdapat percabangan; tidak berwarna hijau. Dalam bentuk itu tugas utamanya adalah mendukung bagian-bagian tumbuhan; mengangkut air dan zat-zat makanan; penyimpan cadangan makanan dan sebagai alat perkembang biakan serta memperluas bidang asimilasi. Pertumbuhan batang meliputi pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer terjadi pada  ujung tunas dan akar tumbuhan serta mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi, sedangkan pertumbuhan sekunder terjadi pada bagian akar dan tunas yang agak tua dan jauh dari ujung, pertumbuhan sekunder menaibatkan batang bertanbah besar, dimana hanya tumbuhan dikotil berkayu dan sebagian tumbuhan monokotil dapat mengalami pertumbuhan sekunder.
Pada umumnya batang terdiri dari buku-buku, ruas-ruas, tunas terminal dan tunas aksilar. Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak bercabang. Cara percabangan dibedakan menjadi tiga macam yaitu; monopodial, simpodial dan dikotom. Batang suatu tumbuhan dapat mengalami suatu modifikasi menjadi bentuk yang bermacam-macam diantaranya; rimpang, umbi lapis, umbi batang, duri, cabang pembelit dan geragih. Adanya tunas terminal dan tunas aksilar menentukan percabangan, bahkan keseluruhan arsitektur tumbuhan. Beberapa model yang dikenal antra lain: Pada pohon tak bercabang;Model Holtum, Model Corner. Pada pohon bercabang; Model Tomlinson, Model Camberlain, Model Leeuwenberg, Model Koriba, Model Aubreville, Model Rauh, Model Massart, Model Raux, Model Champagnat dan Model Troll.


DAFTAR PUSTAKA

Hidajat, Estiti B. Morfologi Tumbuhan.
Hidajat, Estiti B. 1995. Morfologi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB
Loveless.A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik I.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Reece, Campbell. 1999. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar